Kamis, 22 Oktober 2009

Pakaian Rombeng masih Diminati

Kota Bima, Bimeks.-
Meskipun ratusan karung barang bekas tengah disorot legalitasnya oleh Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Pelabuhan Bima, suasana pasar rombeng masih normal. Pengunjung terlihat ramai seperti hari-hari sebelumnya.
Pengunjungi datang dari berbagai kalangan di daerah Bima dan Dompu. Mereka dari kelas ekonomi yang berbeda-beda
Kenyataan ini diakui Nurdin (45), warga Lewiroa, pedagang barang bekas di pasar raya Bima. Nurdin mengaku, tetap menjalani aktifitas berdagang barang bekas seperti biasa, meski sempat mendengar selentingan kabar tentang penyitaan kapal yang berisi barang bekas oleh aparat di pelabuhan Kolo. Hanya saja, dia tidak mengetahui persis siapa pemilik kapal dan barang bekas apa saja yang amankan oleh aparat itu.
Menurutnya, masalah penangkapan itu, sudah biasa terjadi dalam dunia bisnis. Setiap jalan yang ditempuh, pasti berisiko. “Seperti dagangan saya sekarang, sudah hampir tiga bulan belum juga habis terjual. Sementara saya punya kewajiban menyetor atas barang yang saya ambil sebelum tenggat waktu tersebut, suatu risiko buat saya kan!” ujarnya, Rabu (21/10).
Mengenai pendapatan, Nurdin yang khusus menjual berbagai jenis tas, mengaku dengan modal sebesar Rp6 juta, bisa meraup keuntungan sebesar Rp600.000 dalam waktu satu bulan dengan rata-rata penjualan antara Rp150.000 hingga Rp250.000/hari.
Jenis tas rombeng yang dijual bermacam-macam dengan harga yang bervariasi, seperti tas pakaian, koper, dan tas siswa Taman Kanak-kanak (TK) hingga mahasiswa. Katanya, untuk tas pakaian dan tas sekolah dijual Rp30.000 hingga Rp65.000/unit. Koper dijual seharga Rp200.000 hingga Rp300.000/unit. Asal tas rombeng didatangkan dari Batam oleh seseorang yang disebutnya “Bos” asal Kolo.
Namun, dia juga mengakui, keuntungan yang diperoleh belum cukup untuk memenuhi kebutuhan istri dan empat orang anaknya yang masih sekolah. Sebab, dari keuntungan itu harus menyisihkan untuk membayar retribusi pasar sebesar Rp1.000/hari, kebersihan Rp500/hari, penerangan Rp5.000/bulan, dan keamanan Rp5.000/bulan.
“Jadi, kalau ditotal, biaya yang harus dikeluarkan diluar kebutuhan keluarga sebesar 55.000/bulan,” katanya.
Tak urung, untuk menutupi kekurangan itu, pria kelahiran Sumbawa Besar ini, mencari sampingan menjadi pengojek dan sesekali menjadi tukang kayu bila ada pesanan. “Lumayan buat nambah biaya sekolah anak, apalagi yang paling sulung sedang kuliah di STKIP Bima, kebutuhannya banyak sekali,” katanya.
Berbeda dengan Hasnah (59), pedagang jaket rombeng, warga Kelurahan Tanjung Kota Bima. Saat ditanya perihal penangkapan kapal yang memuat puluhan barang bekas di pelabuhan Kolo, dia mengaku tidak pernah mendengar kabar itu. Hasnah mengharapkan agar barang-barang bekas yang disita itu dikembalikan saja kepada pemiliknya.
Sebab, tidak menutup kemungkinan barang-barang bekas itu merupakan barang bekas yang akan dijual oleh pedagang barang bekas di pasar raya Bima. “Kasihan kita pedagang, itu kan sumber ekonomi kami,” imbuhnya.
Seperti dilansir Bimeks sebelumnya, KLM Medan Indah diamankan oleh Bea Cukai Pelabuhan Bima di perairan Kolo Kota Bima. (K07)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar