Selasa, 27 Oktober 2009

Penghargaan Ketahanan Pangan Dipertanyakan

Bima, Bimeks.-
Penghargaan Bidang Ketahanan Pangan yang diperoleh Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bima saat kasus Gizi Buruk (GB) yang meningkat, mengundang kontroversi dan menggilitik sejumlah elemen masyarakat. Meski Pemkab Bima menilai penghargaan itu layak diterima.
Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) perwakilan Bima, Ir Khairudin M Ali, mengatakan, tidak hanya penghargaan bidang ketahanan pangan, sejumlah penghargaan lain seperti pengelolaan hutan terbaik dan pengharagaan Pembina Koperasi terbaik yang diperoleh Bupati Bima, patut dipertanyakan dan dievaluasi Pemerintah Pusat.
Pasalnya, kata dia, saat ini kondisi di masyarakat justru menggambarkan hal yang terbalik dari penghargaan itu. “Pemerintah pusat harus mengevaluasi penghargaan itu, apa indikatornya sampai bisa mendapat penghargaan seperti itu. Penghargaan itu biasanya diberikan mendekati pilkada, saya mencurigai itu politis,” ujarnya kepada wartawan di Home Stay Mutmainah, Senin (26/10).
Diakui Khairudin, dalam satu kesempatan, sempat meminta pemerintah menunjukkan Koperasi yang berhasil dibina. Sehingga memperoleh penghargaan. Namun saat itu, pemerintah tidak mampu menunjukkan eksistensi koperasi itu. “Ini aneh, saat kondisi hutan kita babak belur, Bupati menerima penghargaan sebagai penerima pengelolah hutan terbaik, ini kan aneh,” ujarnya.
Pada kesempatan yang sama Direktur LP2DER, Ir Bambang, menilai penghargaan yang diperoleh Pemkab Bima kontroversial, karena pada bagian lain saat ini, kondisi Kabupaten Bima justru terbalik dari sejumlah penghargaan yang diperoleh itu. “Jangan mementingkan penghargaan itu, tapi harus mengejar kondisi riil di masyakarakat, inilah yang tidak bisa dilakukan pemerintah saat ini, semestinya lebih peka dengan persoalan kemiskinan saat ini,” katanya.
Dikatakannya, secara umum kondisi masyarakat Kabupaten Bima saat ini, sebagian besar terbelit persoalan kemiskinan. 80 persen dari jumlah itu merupakan profesi buruh dan nelayan, sisanya petani.
Berdasarkan data tim penanggulanangan kemiskinan, angka keluarga miskin di Kabupaten Bima meningkat drastis. Tahun 2008 naik hingga 48 persen. Puncaknya, berdasarkan hasil pendataan untuk Bantuan Langsung Tunai (BLT) angka kemiskinan itu naik hingga 51 persen. Kondisi itu menurut Bambang sungguh ironis. (BE.17)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar