Jumat, 30 Oktober 2009

Konflik Segitiga, Tiga Warga Terluka


Bima, Bimeks.-
Konflik segitiga antara sekelompok massa dari Desa Renda dan Ngali Kecamatan Belo, serta Monta Kecamatan Monta, Jumat (30/10), pecah. Ratusan warga dari tiga desa itu terlibat konflik terbuka di areal persawahan dengan senjata tajam (Sajam) dan senjata api (Senpi) rakitan.
Informasi yang dihimpun, tiga warga terluka dalam peristiwa itu dan dirawat di rumah sakit. Mereka diidentifikasi dua warga Ngali dan satu warga Renda. Saat konflik terjadi, aparat Brimob Kompi 4 Bima berhasil mengamankan satu Senpi rakitan.
Munculnya konflik itu berawal dari terlukanya seorang warga Desa Monta Kecamatan Monta. Diduga, melibatkan warga Wilamaci, namun asal-asul keluarganya dari Ngali.
Konflik terbuka terjadi sekitar pukul 12.43 Wita bersamaan dengan bunyi letusan senjata api, usai shalat Jumat. Sebenarnya, ketegangan sudah terjadi sejak Kamis (19/10) sore. Warga Monta memblokir jalan menuju Ngali.
Akibatnya, tidak ada akses jalan yang bisa dilalui warga Ngali, karena saat bersamaan jalan menuju Renda juga diblokir. Ketegangan antara kelompok massa Ngali dan Renda sebenarnya sudah mereda. Jalan yang diblokir telah dibuka. Tidak hanya itu pertemuan, kepala desa terlah bertemu berikut camat dan pihak Kepolisian.
Namun, secara bersamaan ketegangan muncul Jumat pagi antara kelompok massa Renda dan Ngali. Bahkan, mulai saling menyerang di tengah persawahan. Sejumlah gubuk di persawahan dibakar. Namun, mereda ketika shalat Jumat, hanya saja tetap ada yang bersiaga.
Ketika usai shalat Jumat, konflik segi tiga terjadi. Warga Monta dan Renda mengarahkan penyerangan ke Ngali. Hanya saja tidak bersamaan. Jika warga Monta berhadapan dengan Ngali, maka Renda waspada. Jika masing-masing mundur, maka giliran Renda dan Ngali konflik.
Sekitar dua pleton anggota Brimob Kompi 4 Bima mencoba mendesak mundur warga tiga warga desa itu. Warga Monta berhasil diminta mundur oleh aparat dan tidak menyerang lagi.
Namun, konflik kian menjadi antara dua desa yang telah lama berseteru. Meski jumlahnya aparat terbatas, namun berusaha untuk menghalaunya. Waka Polres Bima, Kompol Djumarlan, bersama beberapa anggota Brimob masuk di tengah dua kubu yang saling menyerang. Mereka berusaha untuk menghalau agar kembali ke desa masing-masing. Namun, upaya tidak tidak membuahkan banyak hasil meskipun menyita satu Senpi rakitan.
Warga kedua desa yang dihalau aparat, justru berpindah lokasi. Rentetan bunyi senjata api memecah terik matahari yang menyengat kulit.
Banyak juga warga yang hanya menyaksikan konflik yang terjadi. Rupanya, tidak semua menyukai aksi kekerasan itu, karena menginginkan hidup yang damai.
“Kami ingin bepergian kemana pun dengan santai. Masalah ini kan hanya konflik personal, namun meluas menjadi antardesa,” kata seorang warga Monta.
Kenyataan itu juga menyebabkan sejumlah warga Ncera tidak bisa pulang ke kampungnya. Pasalnya tidak ada jalur lain yang bisa dilalui. Awalnya, mereka melewati Monta, ternyata jalan diblokir dan warga banyak memegang senjata.
Mereka akhirnya melalui jalur Renda, namun menemui jalan yang juga diblokir. Mereka mengaku sangat dirugikan dengan konflik yang kembali muncul, karena merugikan banyak pihak. “Kami warga Ncera tidak tahu harus lewat jalur mana, karena semua diblokir,” keluh Syahrudin, warga Ncera, yang mengaku tidak bisa melintasi jalan yang diblokir. (BE.16)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar