Jumat, 23 Oktober 2009

Lagi, Pasien GB Asal Kabupaten Bima Dirawat

Bima, Bimeks.-
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Bima kembali merawat pasien Gizi Buruk (GB), Jumat (23/10). Atunisa (1,5) bocah asal Desa Teke Kecamatan Palibelo yang dirawat intensif di sal anak rumah sakit itu mengidap penyakit busung lapar.
Atunisa mulai dirawat sejak Kamis (22/10) setelah dirujuk oleh Puskesmas desa asalnya. Tidak berbeda dengan bayi atau balita gizi buruk lainnya yang pernah dirawat di rumah sakit itu, kondisi bayi itu memprihatinkan, bagian mukanya tampak tirus, bagian perut membusung. Kondisi serupa juga tampak dibagian kaki dan tangannya yang nyaris hanya terbungkus hanya sedikit daging.
Ibu pasien, Maemunah menuturkan, kondisi GB yang dialami anak kelimannya itu mulai tampak sejak usianya delapan bulan. Saat itu hendak diobati ke rumah sakit, namun karena persoalan ekonominya. Buruh tani itu mengurungkan niatnya, terlebih 15 hari setelah melahirkan putrinya itu, suaminya, Nurdin meninggal dunia.
“Untung-untungnya sesekali bisa makan, kalau nggak dapat uang ada kasih walaupun sedikit,” ujar Maemunah dengan raut muka sedih, di RSUD Bima, Jumat (23/10).
Diakui Maemunah sebenarnya kondisi ekonominya itu sudah diketahui pemerintah di desanya itu. Namun hingga kemarin tak ada sedikit pun bantuan yang diberikan pemerintah kepada keluarganya. “Terus saya bingung juga menafkahi anak-anak saya, soalnya hanya bisa kerja sebagai buruh tani,” katanya.
Anggota DPRD Kabupaten Bima, Nurdin M Sidik, mendesak pemerintah memberikan perhatian serius terhadap kasus GB yang meningkat beberapa waktu tahun terakhir ini. Menurutnya, fenomena kasus GB yang berderet tiap kecamatan merupakan gambaran masih lemahnya intervensi pemerintah terhadap bidang kesehatan, pendidikan terlebih ekonomi. Meskipun pada bagian lain pemerintah mengelaim Indeks Pembangunan Manusia (IMPM) meningkat.
“Bagaimana masyarakat mau sehat kalau ekonominya saja masih lemah, ini harus jadi fokus perhatian serius pemerintah karena Gizi Buruk menyangkut masa depan genari,” ujarnya.
Diingatkan duta PBB ini pemerintah tidak boleh hanya terfokus mengejar pembangunan fisik dan mengabaikan aspek non fisik. Seperti kesejahteraan hanya karena ingin meninabobokan masyarakat dengan gambaran hasil pembangunan. “Apa jadinya kalau nanti genarasi mendatang kalau dari kecil saja asupan makanan gizi bagi mereka tidak bias dipenuhi, pasti akan bobrok nantinya. Jangan sampai pemerintah hanya sibuk mengurus pemilu lupa rakyat,” ingatnya.
Sebelumnya, seperti dilansir Bimeks puluhan pasien GB buruk juga tercatat dirawat intensis di RSUD Bima. Sebagian pasien itu didominasi dari Kabupaten Bima seperti Kecamatan Sape, Woha dan Langgudu. Berdasarkan data Dinas Kesehatan (Dikes) Kabupaten Bima, kasus GB sejak awal Januari hingga pertenganah Oktober ini sudah tercatat 95 kasus, rata-rata termasuk dalam fase klinis atau disertai penyakit penyerta. 10 diantara penderita itu tercatat meninggal dunia karena lamban ditangani.
Diakui Kepala Seksi (Kasi) Gizi Dikes Kabupaten Bima, Titah Masihtah, MSi, jumlah itu meningkat drastis jika dibandingkan tahun 2008 yang hanya tercatat 84 kasus dan lima meninggal. “Jumlah kasusnya meningkat, tingkat keparahannya juga meningkat,” ujar Tita beberapa waktu lalu di Dikes. (BE.17)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar