Minggu, 25 Oktober 2009

Ketahanan Pangan Diakui saat GB Marak 

Bima, Bimeks.-
  Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bima bakal mendapat penghargaan Ketahanan Pangan dari Presiden RI . Rencana penerimaan penghargaan itu diakui Kepala Bagian Hums dan Protokol Setda Kabupaten Bima, Abdul Wahab, SH. Namun, pada sisi lain, sejumlah kasus Gizi Buruk (GB) hampir merata pada setiap kecamatan.  
Sejak beberapa hari lalu, Bupati Bima, H Ferry Zulkarnain, ST, didampingi Kepala Badan Ketahanan Pangan Kabupatten Bima, Ir Rendra Farid bersama sejumlah rombongan berangkat ke Jakarta untuk menerima penghargaan itu. “Sebelum ke Jakarta, rombongan Badan Ketahanan Pangan akan mampir dulu ke Lombok untuk memeringati HPS,” ujar Wahab kepada wartawan di kantor Pemkab Bima, Sabtu (24/10).
Bagaimana dengan kenyataan maraknya kasus GB? Wahab menganggap, penghargaan bidang Ketahanan Pangan itu wajar diperoleh, meskipun pada bagian lain saat ini kasus GB hampir merata di setiap kecamatan meningkat atau tercatat meninggal dunia. Hal itu bukanlah salah satu indikator penilaian untuk meraih penghargaan itu. “Kasus Gizi Buruk tidak ada sangkut pautnya dengan penghargaan itu, karena itu pemerintah peroleh atas keberhasilan mempertahankan kondisi pangan,” katanya.
Menurutnya, kasus GB yang berderet hampir di setiap kecamatan tidak hanya tanggungjawab pemerintah. Fenomena kasus itu tidak terlepas dari kesalahan masyarakat menyadari arti penting kesehatan. “Sebenarnya intervensi pemerintah sudah banyak, mulai dari pemberian uang penunggu maupun bantuan lain, tapi tidak semuanya bisa diatasi pemerintah jika tidak ada kesadaran masyarakat,” katanya.
Dikatakannya, kasus GB yang cenderung meningkat belakangan ini bukan semata-mata disebabkan minimnya kesejahteraan, tingkat ekonomi masyarakat atau ketahanan pangan karena selama ini intervensi pemerintah sudah banyak. “Nyatanya Indeks Pembangunan Manusia kita meningkat tiap tahun,” katanya.
Seperti dilansir Bimeks puluhan pasien GB buruk juga tercatat dirawat intensif di RSUD Bima. Sebagian pasien itu didominasi dari Kabupaten Bima seperti Kecamatan Sape, Woha, dan Langgudu. Berdasarkan data Dinas Kesehatan (Dikes) Kabupaten Bima, kasus GB sejak awal Januari hingga pertengahan Oktober ini sudah tercatat 95 kasus, rata-rata termasuk dalam fase klinis atau disertai penyakit penyerta. Sepuluh diantara penderita itu tercatat meninggal dunia karena lamban ditangani. 
Diakui Kepala Seksi (Kasi) Gizi Dikes Kabupaten Bima, Tita Masitah, MSi, jumlah itu meningkat drastis jika dibandingkan tahun 2008 yang hanya tercatat 84 kasus dan lima meninggal. “Jumlah kasusnya meningkat, tingkat keparahannya juga meningkat,” ujar Tita beberapa waktu lalu di Dikes. (BE.17)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar