Selasa, 20 Oktober 2009

Mahasiswa Sorot Kinerja SBY-JK

Bima, Bimeks.-
Belasan mahasiswa yang tergabung dalam Liga Mahasiswa Nasional Demokrasi (LMND) Bima dan Serikat Mahasiswa Indonesia (SMI) menyorot kinerja Presiden Soesilo Bambang Yoedhoyono (SBY)-Jusuf Kalla pada periode sebelumnya. Mereka menilai SBY gagal membawa perubahan ke arah pemerintahan yang lebih baik. Aksi massa dilakukan di depan kantor Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bima, Selasa (20/10).
Mereka menilai, masih banyak kebijakan yang tidak pro-rakyat. Hal itu dilihat dari angka kemiskinan terus meningkat dan kesejahteraan yang dibangun hanya dinikmati kelompok elit tertentu. “Terpilihnya kembali SBY akan memperparah kembali penderitaan rakyat sebelumnya,” sorot Syarif, Ketua LMND Bima, dalam pernyataan sikapnya.
Persoalan-persoalan yang muncul, kata mereka, mestinya telah dituntaskan saat 100 hari pemerintahan SBY-JK. Itu merupakan janji politik 100 hari yang diikrarkan sebelumnya. Keberadaan pemerintah selama ini, dinilai hanya berpihak pada pemilik modal.
Massa juga menolak pemimpin yang berlatar belakang paham neoliberalisme. Mereka menolak pelantikan SBY-Boediono dan mendesak membentuk pemerintahan transisi. Mestinya, pemerintahan memercepat penghapusan hutang luar negeri, nasionalisasi industri pertambangan, dan Migas. Memogramkan pendidikan dan kesehatan gratis.
Aksi itu sendiri tidak berlangsung lama, mereka hanya menggelar orasi dan membacakan pernyataan sikap. Meski demikian, tetap mendapat penjagaan polisi.
Seperti disiarkan berbagai media TV, SBY-Boediono dilantik sebagai Presiden dan Wapres RI di gedung MPR/DPR Jakarta untuk masa jabatan lima tahun mendatang. Selanjutnya segera membentuk Kabinet Indonesia Bersatu 2. Berbagai harapan masyarakat muncul menyusul pelantikan mereka. Antara meningkatkan kesejahteraan rakyat, peningkatan bidang pendidikan, pemberantasan korupsi dan lainnya.
Sementara itu, Serikat Mahasiswa Indonesia (SMI) Cabang Bima, yang terdiri dari mahasiswa STISIP Mbojo, STKIP Bima, dan STIT Bima menyampaikan aspirasi pada anggota DPRD Kota Bima, saat aksi turun jalan Selasa (20/10).
Sebelumnya, massa SMI berorasi singkat di perempatan jalan Soekarno-Hata, depan kantor Pemkab Bima dan menyebabkan arus kendaraan macet. Namun, pihak keamanaan mampu menanggulangi kemacetan itu.
Setelah itu, massa menuju gedung DPRD Kota Bima dengan berjalan kaki. Bertepatan dengan pelantikan presiden terpilih SBY-Boediono, mereka meneriakan kaum kapitalisme telah gagal menyejahterakan rakyat Indonesia.
Ardiansyah, dalam orasinya di DPRD Kota Bima, menuntut pemerintah menolak kapitalisme pendidikan, mencabut UU BHP, memperjelas keberadaan kampus jauh di Kota Bima, menolak PHK masal, menyubsidi pupuk yang cukup bagi rakyat, dan menolak penambangan di Bima.
Selain itu, massa menanyakan realisasi 20 persen anggaran pendidikan, sehingga pemerintah tidak mampu melaksanakan pendidikan gratis dari TK-SMA.
Enam anggota DPRD Kota Bima, yakni Anwar Arman, SE, Ahmad Gani, SH, Ahmad Miftah, SSos, Taufik, Drs Muhammad Irsyad dan Mahlan, menemui massa dan berdialog.
Dalam dialog terbuka itu, Ahmad Gani mengatakan pasca pelantikan DPRD Kota Bima bulan lalu, ini adalah tamu pertama dari kalangan mahasiswa yang berkunjung ke DPRD. Berkaitan dengan tuntutan mahasiswa, Ahmad Gani merespons positif dan Dewan akan melakukan rapat koordinasi dengan pemerintah untuk ditindak lanjuti ke DPR RI. (BE.16/K02/BE.17)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar