Selasa, 20 Oktober 2009

Loyalitas dalam Politik Praktis, No Way!

Bima, Bimeks.-
Sebagai bakal calon yang masih menjabat (incumbent), Bupati Bima, H Ferry Zulkarnain, ST, diminta tidak menggiring semua pegawai mendukungnya secara politik. Melainkan memberikan kebebasan kepada mereka menentukan pilihan siapa pemimpin terbaik. Pernyataan itu muncul dari sejumlah anggota DPRD Kabupaten Bima, menanggapi pernyataan Bupati yang mengancam “membuang” pegawai yang tidak loyal.
Anggota DPRD Kabupaten Bima dari Partai Amanat Nasional (PAN), Muhammad Aminurlah, SE, menilai Bupati keliru jika menyatakan siapa yang tidak loyal mendukungnya akan dimutasi. Menentukan pilihan politik adalah hak warga negara dan tidak bisa dipaksakan.
Jika loyalitas yang diinginkan adalah dalam hal kinerja melani masyarakat, katanya, tidak masalah. Akan berbeda jika untuk kepentingan politik praktis Bupati yang akan maju menjadi calon pada periode 2010-2015 mendatang. “Memaksa itu sama saja dengan arogansi. Loyalitas jangan diukur dari dukungan secara politik, namun kinerja. Persoalan seperti ini, menjadi sangat sensitif. Apalagi menjelang Pemilu Kepala Daerah,” ujar pria kelahiran Parangina Kecamatan Sape ini kepada Bimeks di kantor Pemkab Bima, Selasa (20/10).
Anggota dewan lainnya, Ahmad Yani, SE.I, MPd, juga mengatakan persoalan ini sangat sensitif jelang Pemilu tahun 2010. Jika melihat aturan kepegawaian, PNS dilarang berpolitik praktis, karena itu sebuah pelanggaran.
Loyalitas yang dimaknai di sini, kata duta Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura) ini, kinerja dalam melayani masyarakat. Disayangkannya ada pembatasan pemaknaan. “Jangan membatasi orang untuk memilih dan dipilih, berikan ruang kebebasan mereka untuk menentukan mana yang terbaik. Maka itulah pilihan mereka,” katanya.
Meski demikian, dia menyerahkan penilaian itu kepada masyarakat dan diharapkan masalah ini bisa menjadi pelajaran bersama.
Sementara itu, duta PKB, Drs H Mustahiq H Kako, mengatakan soal loyalitas maknanya sangat umum. Jika pimpinan mengharapkan loyalitas bawahan, maka itu wajar.
“Hanya saja pertanyaannya, loyalitas dalam hal apa. Jika loyalitas yang sifatnya politik praktis, itu namanya memaksakan kehendak. Mestinya Bupati sebagai bakal calon incumbent harus mawas diri,” ingatnya.
Dikatakannya, kasihan bagi pegawai jika Ferry kalah dalam Pemilu, bisa saja dicap lain oleh yang terpilih. Namun, berbeda jika menang, namun tidak ada yang menjamin seseorang akan memenuhi janjinya. “Sebaiknya jangan mengorbankan bawahan atau staf. Jangan membangun loyalitas yang hanya membuat orang takut,” ujarnya.
Buktinya, kata dia, jika Bupati Bima dinas ke luar daerah, sejumlah pejabat atau pegawai malas masuk kerja. Ini menandakan loyalitas yang terbangun saat ini semu, sehingga wibawa pimpinan hilang. Pimpinan seharusnya bisa disegani, meski tidak berada di tempat. Bawahan tetap bekerja baik dan disiplin. Jangan sampai nanti kecewa, jika ternyata loyalitas yang diperlihatkan hanya topeng, namun di belakangnya berbeda.
Kata pria kelahiran Donggo ini, model kepemimpinan yang mestinya dibangun menjadi panutan bagi staf sehingga disegani. (BE.16)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar