Jumat, 13 November 2009

Konflik Renda-Ngali Tiada Berujung

Bima, Bimeks.-
Konflik kelompok massa di Desa Renda dan Ngali Kecamatan Belo hingga kini belum ada titik terangnya. Seakan tidak berujung. Meski perdamaian kedua kelompok warga diupayakan, namun Jumat (13/11) perang terbuka kembali pecah.
Camat Belo, Sudirman, SE, yang dikonfirmasi membenarkan pecahnya konflik dua desa tetangga itu. Tidak jelas apa yang menjadi pemicunya, kedua kelompok warga saling berhadapan di areal persawahan.
Sudirman mengaku, perang yang terjadi Jumat berlangsung hingga petang. Dua kelompok warga seperti biasa menggunakan senjata api (Senpi) rakitan untuk saling menyerang. “Saya mencoba untuk menghubungi kedua kepala desa agar menahan warganya untuk tidak saling serang,” ujarnya kepada Bimeks via handphone (HP).
Dia juga mengaku, hingga kemarin belum ada penyerahan nama-nama yang akan masuk dalam Forum Renda-Ngali. Diinginkannya, ada yang dimasukkan namanya, mereka yang berada di lapangan saat konflik terjadi. “Mereka (Kades, Red) menjanjikan namanya akan diserahkan besok (hari ini, Red),” ujarnya.
Hanya saja, katanya, dengan pecahnya lagi konflik kemungkinan akan sulit untuk mencapai perdamaian. Meski demikian diharapkannya konflik dua desa menemukan ujung, yakni perdamaian.
Seperti dilansir Bimeks sebelumnya,  setiap kali upaya perdamaian dilakukan, selalu muncul konflik lagi. Penggunaan Senpi rakitan, telah menelan beberapa korban. Tidak hanya terluka akibat peluru, namun ada juga yang tewas.
Informasi yang diperoleh Bimeks dari sebuah sumber, Senpi rakitan itu didatangkan dari luar desa. Demikian juga dengan peluru. Ada yang menyarankan penyapuan (sweeping) jalan masuk Renda-Ngali agar distribusi senjata dan amunisi tidak masuk.
Sebelumnya, seperti diberitakan Bimeks, konflik antara kelompok massa itu mengundang keprihatinan semua pihak. Mereka berharap agar pihak yang bertikai segera berdamai dan jika ada kasus yang muncul diselesaikan secara hukum dan meminta pertanggungjawaban mereka yang terlibat. Meluasnya konflik pada mereka yang tidak tahu-menahu disesalkan, apalagi dengan memalang jalan penghubung desa setempat.
Untuk menangani konflik itu, pejabat Polda NTB meninjau lokasi dan sempat berdialog dengan masyarakat setempat. Saat itu, sebagian jalan yang diblokir dibuka dan konflik sempat mereda. (BE.16)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar