Jumat, 20 November 2009

Said: Pendekatan Ilahiah Mendesak Dilakukan

Bima, Bimeks.-
Berbagai upaya damai dilakukan pemerintah dan aparat Kepolisian untuk menengahi konflik kelompok masa di Renda-Ngali Kecamatan Belo. Namun, tidak berujung meredanya konflik. Jalan satu-satunya yang harus dilakukan adalah mengajak seluruh komponen masyarakat dua desa itu untuk introspeksi dengan pendekatan Illahiah.
Demikian pendapat Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Bima, HM Said Amin, BA, Kamis lalu, mengenai format penyelesaian untuk meredam konflik di Renda-Ngali Kecamatan Belo. Katanya, pendekatan itu mengedepankan nilai-nilai sosial dan religius yang didasari oleh niat tulus dan ikhlas untuk mengakhiri konflik. Selain itu, merupakan akses menuju kedamaian yang secara keagamaan diyakini mampu meredam konflik. Terutama emosi warga yang bertikai, sehingga konflik horisontal itu mereda.
“Penyelesaian konflik dua desa itu sudah tidak bisa dengan pendekatan persuasif atau secara kekeluargaan,” katanya, Kamis (19/11) di kantor MUI Bima.
Katanya, bila seandainya cara itu tidak berhasil, maka upayakan cari dan tangkap provokatornya.
Sebab, katanya, yang terjadi saat ini bukan konflik yang melibatkan seluruh warga Desa Renda dan Ngali. Tetapi, pertikaian sekelompok orang yang diprovokasi oleh oknum-oknum tertentu yang tidak menginginkan dua desa itu hidup berdampingan secara damai.
“Kita bisa saksikan di media televisi, yang perang itukan sekelompok warga saja, tidak melibatkan semuanya. Malah, terlihat kebanyakan hanya menonton dari atas gunung. Maka itu, tangkap dan tindak oknum provokatornya,” tegasnya. Dijelaskannya, penyelesaian dengan cara itu dilaksanakan secara kontinu pada masing-masing masjid atau tempat terbuka yang dianggap representatif, dengan melibatkan seluruh masyarakat, yang muda maupun yang tua, dipimpin oleh tokoh agama desa setempat. Mekanismenya, melaksanakan sembahyang hajat, memohon kepada Allah. Kemudian doa dan dzikir bersama, serta dilanjutkan dengan siraman-siraman ruhani yang tujuannya untuk mengetuk pintu hati supaya sadar, pertikaian antarsesama tidak membawa nikmat dan berkah. “Insya Alah kalau disertai dengan hati yang ikhlas, konflik dapat diatasi,” ujarnya.
Seperti dilansir Bimeks, konflik horisontal di Desa Renda dan Ngali Kecamatan Belo hingga kini belum ada titik terangnya. Upaya perdamaian kedua kelompok warga pun diupayakan, namun konflik tidak mereda.
Kenyataan itu menarik simpati berbagai elemen masyarakat. Mereka kuatir konflik terus berlanjut hingga merusak tatanan ekonomi, sosial, budaya, dan moralitas masyarakat. Terutama pendidikan dan psikologis bagi anak-anak pada dua desa itu. (K07)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar