Rabu, 25 November 2009

Nur Latif Bagikan Bonus

Janji Wali Kota Bima, HM Nur A Latif, untuk memberikan hadiah kepada peserta terbaik, bukan isapan jempol. Tapi betul-betul dibuktikan. Untuk juara umum perorangan mendapatkan bonus sebesar Rp500 ribu, sedangkan juara umum desa mendapat bonus uang tunai sebesar Rp1 juta dan satu unit televisi 14 inci.
Tidak hanya itu, bonus juga diberikan kepada dewan hakim sebesar Rp1 juta. Peserta terbaik qari dan qariah tingkat dewasa masing-masing mendapatkan satu unit televisi 21 inci dan langsung diserahkan Wali Kota Bima.
Saat itu, Nur Latif juga menyerahkan uang tunai sebesar Rp5 juta untuk dibagikan kepada peserta yang meraih juara, setiap cabang masing-masing mendapatkan amplop sebesar Rp500 ribu. Namun, karena kepepet hingga kini panitia belum menyerahkan kepada peserta.
Saat menyampaikan sambutan, dia juga akan memberikan bantuan untuk pengiriman peserta yang akan mengikuti MTQ Kabupaten Bima beberapa waktu mendatang, asalkan panitia mengingatkannya. “Sumbangan untuk kebaikan itu penting dan diperlukan asalkan dengan ikhlas, bukan karena ingin pamer,” ujarnya.
Dikatakannya, MTQ di Wawo meski hanya tingkat kecamatan, tetapi pelaksanaannya dinilai terbaik dari segi perolehan dana, partisipasi masyarakatnya, dan hadiah yang diberikan. “Ini luar biasa, jauh berbeda ketika kita masih kecil dahulu. Tidak ada apa-apanya, tetapi dulu hanya terkenal makan nasi bercampur ubi jalar. Ini sebuah perkembangan yang patut kita syukuri,” katanya.
Katanya, MTQ merupakan suatu upaya yang luar biasa yang telah dilakukan dalam waktu yang lama oleh Departemen Agama seluruh Indonesia dengan membentuk Lembaga Pengembangan Tilawatil Quran (LPTQ) dari tingkat nasional hingga tingkat desa dan kelurahan. “Program ini akan menjawab janji Allah bahwa al-Quran itu akan diselamatkan keasliannya hingga hari kiamat,” katanya.
Tidak heran, ada orang yang menghafal al-Quran satu juz hingga 30 juz. Ini sebuah hikmah dan hidayah dari Allah, karena tidak gampang menghafal al-Quran, kecuali bagi orang-orang yang terjaga hati dan pikirannya. Terkadang orang menghafal shahadat saja pada saat akad nikah masih kesulitan, tetapi para hafizh mampu menghafal Quran dengan baik dan terjaga hukum-hukum bacaannya. “Kemampuan itu tidak akan tercapai, tanpa melalui perjuangan yang luar biasa dan melelahkan. Namun, sangat dibanggakan Allah,” katanya.
Lebih bangga lagi, katanya, jika umat Islam membaca Quran dan belajar mengerti maknanya hingga dijadikan tuntunan, pedoman, dan petunjuk hidup. Dengan kemampuan melagukan dengan baik, mampu menghafal dari juz ke juz, maka diharapkan mengerti apa maknanya hingga pemahaman itu dapat menjadi falsafah hidup dan kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
“Ini misi mulia yang harus kita dukung. Salah satu contoh adalah shalat lima waktu, tidak bisa diganti dengan bacaan al-Fatihah dengan bahasa lain, kecuali dengan bahasa Arab,” katanya. (BE.13)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar