Minggu, 29 November 2009

Masih Ada sebagian Umat Islam Terbawa Hawa Nafsu


Kota Bima, Bimeks.-
Berqurban adalah perintah Allah. Namun, hingga saat ini masih ada sebagian umat Islam yang masih ragu berqurban di jalan Allah. Masih banyak pula yang terbawa arus hawa nafsu, dihiasi angan-angan panjang ditambah tipuan syaitan. Demikian antara lain materi khutbah Idul Adha 1430 H yang disampaikan Drs H Jakariah HS, di lapangan Serasuba, Jumat lalu.
Saat itu, ribuan jamaah Idul Adha berbagai kelurahaan di Kota Bima memadati lokasi. Suasana shalat Id berlangsung khidmat. Imam shalat adalah Nurdin Mansyur, SSos, pengajar Pondok Pesantren (Ponpes) Al-Husainy.
Saat khatib membacakan khutbah, sebagian jamaah tersentuh, terutama saat menyitir berbagai pelanggaran dan kemaksiatan yang terjadi.
Diingatkan Jakariah, bila nafsu telah menguasai pikiran, maka perbuatan tidak akan pernah sejalan dengan perintah Allah. Bila umat manusia terus mengedepankan hawa nafsu, pasti akan ditemukan beragam kemaksiatan, pelanggaran, dan kedurhakaan.
Kepala Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Kota Bima itu kembali mengingatkan jamaah pada kisah bersejarah Nabi Ibrahim AS bersama putranya Ismail yang begitu taat atas perintah Allah untuk berqurban. Cerminan dari peristiwa itu, merupakan tolok ukur bagi umat Islam saat ini, khususnya di Kota Bima.
Katanya, umat Islam harus merenungkan manisnya buah ketaatan yang dirasakan Nabi Ibrahim. Buah ketaqwaannya akan diganti oleh Allah dengan derajat surga paling tinggi. Hal itu semuanya dilakukan Ibrahim sebagai bentuk pengorbanannya kepada Allah SWT.
Selain itu, bentuk kemaksiatan juga dikupasnya, berkaitan dengan berbagai bencana yang melanda bangsa Indonesia dan Kota Bima.
Diakuinya, generasi muda Kota Bima memerlukan pengawasan dan pembinaan orang tua, agar kehidupannya tidak dikendalikan oleh hawa nafsu. Jika tidak dilakukan secara kontinu, maka akan melahirkan manusia yang rusak dalam pandangan agama, tidak berakhlak, tidak bermartabat, jauh dari syariat.
Dari rangkaian kemaksiatan itu, katanya, munculah berbagai peringatan dan teguran Allah, berupa bencana gempa bumi dan lainnya.
Pada akhir khutbahnya, dalam doa Jakariah menyulap ribuan jamaah terlena dalam kesedihan, sehingga berlinang air mata. Salah satu doanya adalah “Ya Allah, kami malu menatap matahari-Mu, menikmati rembulan-Mu, menghirup udara segar anugerah-Mu, mata air sejuk penghapus dahaga-Mu. Betapa tidak ya Allah, alangkah lemah tangan kami, alangkah kelu lidah kami, alangkah beku hati kami. Kami tidak berdaya membela agama-Mu, tak berdaya mengucapkan yang haq itu haq dan yang bathil itu bathil.”
Setelah shalat Id, panitia yang dibentuk pada berbagai lokasi menyembelih hewan qurban dan membagikannya kepada mereka yang berhak menerimanya. Suasana pembagian berlangsung lancar dan warga menikmatinya daging qurban dengan penuh kesyukuran. (K02)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar