Senin, 23 November 2009

Warga Ngali Bantah Awali Penembakan

Bima, Bimeks.-
Siapakah yang lebih dahulu menyalakan senjata saat insiden di Ngali, pekan lalu? Warga setempat ataukah aparat keamanan? Soal ini masih belum jelas kronologis sebenarnya. Masing-masing saling mengelaim.
Sebelumnya, pihak Kepolisian beralibi wargalah yang menembaki aparat sehingga membalas. Namun, pengakuan itu tegas dibantah oleh warga Ngali. Mereka menyatakan justru aparatlah yang pertama memuntahkan amunisi.
Warga Ngali, Syaifullah, menjelaskan kejadian saat itu berawal dari penangkapan Irfan yang baru menyerahkan senjata api (Senpi) kepada kepala desa (Kades setempat. Sekitar 50 meter pulang dari rumah kades, anggota Buser menangkap dan menyiksanya. Penangkapan itu mengagetkan warga, apalagi Irfan dimasukkan ke dalam mobil dan disiksa.
“Warga saat itu berbondong-bondong keluar, mengejar mobil yang membawa Irfan. Memang ada yang membawa batu dan senjata tajam, tapi tidak ada penembakan dari warga,” jelasnya.
Pada 17 November, kata Syaifulah, ada kesepakatan pihaknya dengan tim Polda NTB untuk mengumpulkan Senpi dari warga. Pada 18 November warga pun mulai menyerahkannya, paginya tim Polda NTB telah datang lebih dahulu ke Ngali untuk menerima Senpi. Termasuk Irfan yang datang menyerahkan kepada Kades.
Katanya, ketika penangkapan Hunter, warga protes dan mempertanyakan ada skenario apa. Bahkan, mengaku nyaris dipukul oleh warga karena kejadian itu.
Dia mengaku bersama warga Ngali sempat mempertanyakan penangkapan itu ke tim Polda NTB yang datang mengambil senjata dan saat itu dipimpin Wakil Kepala Densus 88 NTB, Kompol Wahab. “Tim Polda yang ditanyai, ternyata tidak tahu-menahu dengan penangkapan itu,” ujarnya di sekretariat DPC KAI Bima, Sabtu (21/11).
Untuk itu, Syaifulah menilai insiden itu sebuah pelanggaran HAM yang dilakukan oleh aparat. Kasus itu diingingkannya perlu diusut untuk mencari kebenarannya.
Di tempat terpisah, Kapolres Bima, AKBP Fauza Barito, di depan Komisi A DPRD Kabupaten Bima, Sabtu (21/11) mengaku siap bertanggungjawab jika anggotanya melakukan kesalahan. Namun, semua itu harus dibuktikan.
DPC KAI Bima dalam pertemuan dengan warga Ngali, akan mencerna persoalan tersebut. Setelah itu, mereka akan bersikap.
Pantauan Bimeks, sebelum insiden penembakan terjadi terjadi, sekitar pukul 12.30 Wita, tim Buser Polres Bima masuk ke Ngali lewat Renda menggunakan mobil Feroza. Mereka masuk Ngali setelah beberapa saat warga Ngali membuka blokir jalan. Bahkan, saat itu warga Ngali sudah bisa melintasi jalur Renda dan sebaliknya.
Bimeks pun saat itu dari Ngali menuju Renda dan bertemu dengan warga termasuk, Kepala Desa, Dra Julkarnain. Anggota DPRD NTB juga ada dan mencoba memediasi dua warga.
Bahkan, dijadwalkan keesok harinya melangsungkan pertemuan dengan warga Ngali, masing-masing 30 orang.
Setelah itu, Bimeks melanjutkan perjalanan dan hendak menuju Polsek Belo. Namun, berpapasan dengan patroli aparat. Bimeks pun memutar arah dan membuntuti dari belakang. Setelah melewati Renda, mereka masuk ke Ngali hingga Desa Monta dan kembali berbalik arah.
Namun, saat itu Bimeks melanjutkan perjalanan lewat Monta dan kembali menuju Belo. Di depan kantor Koramil Belo, Bimeks berpapasan dengan pasukan Dalmas Brimob. Saat itu mereka memutar dari Monta untuk masuk Ngali.
Beberapa lama kemudian, Bimeks menerima telepon dari warga Ngali yang menginformasikan terjadi penembakan warga oleh aparat dan menewaskan satu orang.
Namun, siapa yang mendahului penembakan itu sepertinya belum jelas. Aparat berdalih warga yang menembak dulu, sementara warga Ngali membantahnya. (BE.16)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar