Selasa, 24 November 2009

Aminurlah: Rata-Rata FasilitasPemerintah tak Tahan gempa

Bima, Bimeks.-
Sejumlah proyek fisik yang dikerjakan selama ini, ditengarai dananya digelembungkan (mark up). Pascagempa, banyak fasilitas pemerintah yang rusak dan itu ditengarai karena rendahnya kualitas bangunan, sehingga gampang ambruk.
Demikian diungkapkan anggota Komisi III DPR Kabupaten Bima, Muhammad Aminurlah, SE, kepada Bimeks, Selasa (24/11). “Rata-rata bangunan fasilitas pemerintah ternyata bukan konstruksi tahan gempa, sehingga gampang ambruk,” ujarnya di sekretariat DPRD Kabupaten Bima.
Dicontohkannya, TK dan SMAN 1 Ambalawi tidak menggunakan besi ukuran 12 mili, tetapi 10 mili. Apalagi, dengan ketinggian bangunan empat meter, tidak mampu menahan guncangan. “Coba lihat bangunan yang menggunakan besi 12 mili, tidak ada yang ambruk karena gempa,” ungkapnya.
Padahal, katanya, dalam setiap RAB pembangunan sarana fisik, mencantumkan ukuran besi 12 mili, namun kenyataannya 10 mili. Hal ini tergolong mark up anggaran dan bisa diusut atau diproses secara hukum, termasuk TK Ambalawi. Kenyataan ini juga akibat lemahnya pengawasan yang dilakukan oleh instansi yang berkaitan.
Selain itu, kata duta PAN ini, bangunan fisik Dinas Kesehatan (Dikes) diduga banyak yang tidak sesuai dengan bestek. Untuk itu, Komisi III akan melihat kembali bangunan fisik yang telah dikerjakan. “Kami juga nanti akan memanggil SKPD yang terkait dengan pembangunan sarana fisik, terutama Dinas Pendidikan dan Dinas Kesehatan,” tandasnya.
Pelaksanaan proyek fisik 2009, kata dia, harus mendapat pengawasan yang lebih ketat. Jangan sampai ada permainan antara pelaksana proyek dengan pejabat dinas untuk menggelembungkan anggaran. Jika tidak, maka Komisi III akan mengusut semua proyek yang diduga di-mark up itu.
Seperti dilansir Bimeks, sejumlah fasilitas pendidikan dan kesehatan rusak setelah diguncang gempa. Di wilayah Kabupaten Bima, fasilitas antara lain TK dan SMAN 1 Ambalawi. (BE.16)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar