Minggu, 29 November 2009

Pelaku Usaha ‘Menjerit’ Soal Listrik

Kota Bima, Bimeks.-
Sejumlah konsumen PT PLN Wilayah NTB Cabang Bima di Kota Bima, terutama pengusaha industri mebel, penjahit dan pengusaha kue, mengeluhkan pemadaman yang tidak konsisten. Keluhan itu menyusul seiring pemadaman listrik yang tidak sesuai dengan jadwal. Akibatnya, mereka mengaku pekerjaan terganggu bahkan merugi.
Mereka mengaku pemadaman yang tak konsisten itu menyebabkan produksi dan omzet setiap hari menurun drastis. Tidak hanya itu. Sejumlah peralatan produksi pun rusak.
Ansar, penjahit Sigma Taylor di kompleks pertokoan Sultan Kaharuddin Kota Bima mengaku, pekerjaan terhambat akibat pemadaman listrik sering dilakukan. Listrik sangat dibutuhkan untuk mempercepat menjahit, karena sebagian peralatan menggunakan tenaga listrik. “Pekerjaan saya jadi tertunda lantaran listrik tidak menyala,” keluhnya Rabu (25/11).
Diakuinya, akibat pemadaman listrik sering terjadi, pendapatannya menurun hingga 50 persen lebih. Biasanya, dalam sehari mampu menjahit lima stel pakaian dengan nilai pendapatan sekitar Rp750 ribu. Namun, belakangan ini menurun dan hanya menyelesaikan sebanyak 2-3 stel pakaian. “Ini karena beberapa mesin yang menggunakan arus listrik tidak bisa dipakai, karena listriknya padam,” ujarnya.
Demikian halnya Misnah, pengusaha kue di pasar raya Bima. Dia mengaku, produksi dan omzet penjualan menurun menyusul pemadaman listrik yang kerap dilakukan setiap hari. Tidak hanya itu. Sejumlah peralatan elektrik yang dimilikinya seperti blender dan oven, rusak. “Gara-gara listrik sering padam, usaha kue saya jadi lesu, karena beberapa peralatan untuk membuat kue rusak terbakar komponennya,” katanya.
Berbeda dengan pengusaha mebel bambu La Tahzan di Karara Monggonao, Nasarudin M Nor. Katanya, meski listrik sering padam, aktifitas produksi kerajinan tangan seperti kursi, tirai dan bedek berlangsung lancar-lancar saja, karena memiliki mesin pembangkit listrik (genset) alternatif. Namun, diakuinya, boros bila dibandingkan menggunakan listrik PLN.
Katanya, bila listrik padam selama tiga jam, biaya ekstra produksi yang harus dikeluarkan untuk bahan bakar genset sebesar Rp10 ribu. “Nah, jika waktu padamnya berlangsung lama dan secara terus-menerus terjadi setiap hari, bukan tidak mungkin akan mengeluarkan banyak biaya produksi,” katanya.
Untuk itu, dia berharap PLN Bima agar menekan frekuensi pemadaman listrik, terutama pada saat sedang berlangsungnya aktifitas produksi. (K07)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar