Jumat, 20 November 2009

Dua Pasien GB Dirawat RSUD Bima

Kota Bima, Bimeks.-
Untuk kesekian kalinya, Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Bima kembali merawat pasien Gizi Buruk (GB). Hampir sama dengan sebelumnya, Jumat (20/11) giliran Suharti (1,5) dan Hasna (1) dua bayi asal Desa Tongggorisa Kecamatan Palibelo Kabupaten Bima yang dirawat karena menderita penyakit GB.
Keduanya dirawat sejak Senin (16/11) ditemani orang tuanya masing-masing. Hampir sama dengan pasien GB yang dirawat sebelumnya, kondisi Suharti dan Hasna tampak memprihatinkan. Bagian tangan dan kaki bayi ini nyaris tidak dibalut daging dengan perut membusung. Kondisi serupa juga tampak pada bagian wajah yang tirus. Saat dirawat kedua bayi ini hanya bisa menangis.
 Salahudin, bapak kandung Suharti, menuturkan, gejala GB yang diderita putrinya itu mulai tampak saat berumur tiga bulan. Saat itu, kondisi Suharti kurus dan mulai kerap batuk. Puncaknya, saat menginjak usia satu tahun semakin memprihatinkan hingga akhirnya diperiksa ke Puskesmas Palibelo.
Dari hasil pemeriksaan petugas medis di Kecamatan itu, Salahuddin mengetahui putrinya menderita gizi buruk. “Sebelum kami bawa ke sini, dia juga kami sempat kami bawa ke Puskesmas Palibelo,” ujar Salahuddin saat menemani perawatan putrinya di RSUD Bima kemarin.
Diakui pengojek ini, sejak kecil putrinya itu memang kerap kurang mendapat asupan gizi yang cukup. Hal itu karena kondisi ekonominya lemah, belum lagi beban keluarganya yang lain yang harus mereka bantu. “Mungkin kalau makannya teratur anak saya tidak akan penyakit seperti ini, tapi kami hanya bisa jadi petani kadang ngojek,” ujarnya.
Salahuddin mengaku, meski sudah lama dirawat, hingga kemarin, putrinya baru mendapat santunan uang penunggu dari pemerintah satu kali sebesar Rp30 ribu. Selebihnya tidak ada, padahal kondisi putrinya itu sangat membutuhkan asupan makanan sewaktu-waktu.
“Sampai sekarang baru sekali dapatnya, padahal punya Jamkesmas juga,” katanya.
Seperti dilansir Bimeks sebelumnya, hamper setiap bulan RSUD Bima merawat pasien GB. Rata-rata didominasi pasien asal Kabupaten Bima. Berdasarkan data Dikes Kabupaten Bima, hingga awal November, jumlah penderita GB tercatat 96 kasus, rata-rata disertai penyakit penyerta. 10 diantaranya meninggal dunia.
Jumlah ini meningkat tajam jika dibandingkan tahun 2008 dimana hanya mencapai 80 kasus lebih. “Jumlah kasusnya meningkat, tingkat keparahannya juga meningkat,” ujar Kasi Gizi Dikes Kabupaten Bima, Tita Masitha, MSi, beberapa waktu lalu. 
Sebleumnya, kasus GB yang membelit Kabupaten Bima juga menjadi fokus perhatian dan kritik sejumlah akademisi dan anggota DPRD Kabupaten Bima. Pemerintah dituntut segera respek dan menyiapkan solusi terhadap fenomena sosial itu, bukan sekadar hanya mengejar penghargaan ketahanan pangan. (BE.17)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar