Rabu, 25 November 2009
Qurban, Perangi Tiga Sifat Syaitan
Kota Bima, Bimeks.-
Hari Raya Idul Adha 1430 H/2009 M jatuh pada Jumat (27/11). Masyarakat diingatkan pentingnya makna qurban. Bagaimana makna qurban sebaiknya dipahami?
Kepala MTs Al-Husainy, H Ahmad, SAg, menilai saat ini, masih ada sebagian yang tak memahami makna qurban dan tidak peduli pada kaum fakir dan yatim-piatu. “Saya melihat masyarakat kita, jiwa kepekaan dan sosialnya sudah mulai turun,” ucapnya di Ponpes Al-Husainy, Rabu (25/11).
Katanya, terjadi penurunan kepekaan sosial itu, masih banyak orang kaya yang belum mengetahui arti pentingnya qurban. Padahal, berqurban dapat menghilangkan tiga sifat syaitan. Orang-orang yang menyimpang dari sistem global Tuhan dan menyalahi tata krama kemanusiaan, mereka termasuk menyimpang dari rel jalan yang lurus (shirathal mustaqim). Nurani dalam hati mereka berangsur-angsur padam digantikan dengan hati zhulmani yang gelap-gulita.
Katanya, qurban dapat menghilangkan sifat hewani, yang artinya manusia saat ini masih rakus dengan harta, jabatan, dan kekuasaan. Padahal, semua itu merupakan amanat Allah yang dititipkan untuk sementara waktu.
Dia juga menyindir praktik KKN dalam proses seleksi CPNSD yang diduga bernuansa uang dan dilakoni oleh oknum-oknum tertentu. “Jangan karena kekuasaan dan kekayaan mereka berlaku curang dan sombong di muka bumi ini,” ujarnya.
Ibadah qurban diharapkan menebalkan rasa kebersamaan sebagai suatu bangsa. Musibah gempa bumi yang menimpa Kota dan Kabupaten Bima baru-baru ini, sesungguhnya bukan saja menjadi ujian. Tetapi, teguran Allah untuk manusia agar beriman dan bertaqwa.
Katanya, makna lain qurban adalah sebagai media untuk menghilangkan praktik perjudian, minuman keras (Miras), dan rentenir. Dilihatnya, di Kota Bima sudah menjadi bagian dari perilaku setan, dimana-mana tiga praktik itu ada dan lemahnya aparat penegak hukum menjadi salah satu pemicu lahirnya praktik itu. “Saya sangat perihatin melihat generasi kita yang berjudi, meneguk miras, dan perzinahan. Apa jadinya Kota Bima jika para generasi mudanya tidak mampu mengendalikan hawa nafsu,” katanya.
Ahmad mengatakan, momentum qurban juga dijadikan sarana instropeksi diri bagi orang kaya maupun miskin. (K02)
Hari Raya Idul Adha 1430 H/2009 M jatuh pada Jumat (27/11). Masyarakat diingatkan pentingnya makna qurban. Bagaimana makna qurban sebaiknya dipahami?
Kepala MTs Al-Husainy, H Ahmad, SAg, menilai saat ini, masih ada sebagian yang tak memahami makna qurban dan tidak peduli pada kaum fakir dan yatim-piatu. “Saya melihat masyarakat kita, jiwa kepekaan dan sosialnya sudah mulai turun,” ucapnya di Ponpes Al-Husainy, Rabu (25/11).
Katanya, terjadi penurunan kepekaan sosial itu, masih banyak orang kaya yang belum mengetahui arti pentingnya qurban. Padahal, berqurban dapat menghilangkan tiga sifat syaitan. Orang-orang yang menyimpang dari sistem global Tuhan dan menyalahi tata krama kemanusiaan, mereka termasuk menyimpang dari rel jalan yang lurus (shirathal mustaqim). Nurani dalam hati mereka berangsur-angsur padam digantikan dengan hati zhulmani yang gelap-gulita.
Katanya, qurban dapat menghilangkan sifat hewani, yang artinya manusia saat ini masih rakus dengan harta, jabatan, dan kekuasaan. Padahal, semua itu merupakan amanat Allah yang dititipkan untuk sementara waktu.
Dia juga menyindir praktik KKN dalam proses seleksi CPNSD yang diduga bernuansa uang dan dilakoni oleh oknum-oknum tertentu. “Jangan karena kekuasaan dan kekayaan mereka berlaku curang dan sombong di muka bumi ini,” ujarnya.
Ibadah qurban diharapkan menebalkan rasa kebersamaan sebagai suatu bangsa. Musibah gempa bumi yang menimpa Kota dan Kabupaten Bima baru-baru ini, sesungguhnya bukan saja menjadi ujian. Tetapi, teguran Allah untuk manusia agar beriman dan bertaqwa.
Katanya, makna lain qurban adalah sebagai media untuk menghilangkan praktik perjudian, minuman keras (Miras), dan rentenir. Dilihatnya, di Kota Bima sudah menjadi bagian dari perilaku setan, dimana-mana tiga praktik itu ada dan lemahnya aparat penegak hukum menjadi salah satu pemicu lahirnya praktik itu. “Saya sangat perihatin melihat generasi kita yang berjudi, meneguk miras, dan perzinahan. Apa jadinya Kota Bima jika para generasi mudanya tidak mampu mengendalikan hawa nafsu,” katanya.
Ahmad mengatakan, momentum qurban juga dijadikan sarana instropeksi diri bagi orang kaya maupun miskin. (K02)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar