Senin, 23 November 2009

Komisi A akan Bentuk Tim Pencari Fakta

Bima, Bimeks.-
  Komisi A DPRD Kabupaten Bima akan membentuk tim untuk mencari fakta atas kasus penembakan warga Desa Ngali Kecamatan Belo yang menewaskan satu dan melukai empat orang. Rencana pembentukan tim itu setelah Kapolres Bima, AKBP Fauza Barito dan Dandim 1608 Bima, Letkol (Inf) Evin Ruswin N bertemu dengan Komisi A dalam rapat koordinasi.
Saat itu, Komisi A juga meminta penjelasan dari Kapolres Bima tentang penanganan pertikaian Renda dan Ngali. Termasuk kronologis kejadian penembakan terhadap warga, yang menewaskan satu orang.
Namun, Kapolres Bima saat itu menolak menjelaskan secara detail bagaimana kejadian itu, pasalnya diundang Komisi A untuk rapat koordinasi. Hanya saja, ditegaskannya, siap bertanggungjawab jika terbukti anggotanya yang bersalah di lapangan, namun semua harus dibuktikan. Kapolres meminta agar rapat tersebut mencari solusi menyelesaikan konflik Renda-Ngali sesuai agenda pertemuan.
Komisi A pun berjanji akan memanggil pihak lainnya untuk didengarkan keterangan dan pendapatnya. Termasuk memanggil  Kepala Desa Renda dan Ngali serta Camat Belo. Pertemuan itu juga membahas persoalan warga Ngali yang tahan, apakah akan terus diproses atau dilepaskan dulu. Namun, semua harus melihat dampaknya, jika dilepaskan atau tidak.
Sementara itu, Dandim 1608 Bima, Letkol (Inf) Evin Ruswin, menilai selama ini penegakkan hukum oleh pihak aparat masih lemah. Hal ini juga disebabkan oleh situasi yang kompleks. Jika aparat bertindak, maka kadang satu sisi dihadapkan pada risiko. Pada sisi lain warga memanfaatkan ketidaktegaskan aparat tersebut, hingga terjadi instabilitas. “Selama ini yang islah adalah warga yang sadar, bukan mereka yang tidak sadar,” katanya. 
Dia juga menepis, jika kedua warga kurang pintar. Namun, justru mengangap warga Renda dan Ngali cerdas, karena mereka bisa membaca situasi. Apalagi dengan keberadaan Senpi yang dimiliki oleh warga.
Evin juga menilai konflik yang terjadi saat ini, tidak ada hubungannya dengan tradisi ndempa. Secara historis, dua warga memang memiliki semangat juang ketika masa penjajahan. Namun, semangat juang itu kini berbeda konteks penyalurannya.
    Untuk itu, kata dia, solusi yang terbaik menarik semua senjata api dari dua warga, agar kondisi normal. Perlu ada bimbingan teknik bagi warga, khususnya untuk menumbuhkan semangat kebersamaan dan kegotongroyongan, seperti membuat koperasi. Pembangunan infrastruktur, harus melibatkan peran serta masyarakat setempat.
“Kalau saya Bupati, maka punya pertimbangan politis,” katanya.
Ditambahkannya, perlu juga mencari dan mendidik kedua warga untuk menjadi atlet olahraga. Apalagi mereka memiliki semangat heroik, penyalurannya harus ada lewat olahraga.
Dandim juga menghargai sikap jantan Kapolres Bima, AKBP Fauza Barito, yang siap bertanggungjawab jika dalam penembakan warga Ngali ada anggotanya yang bersalah. Namun, semua juga harus dibuktikan. (BE.16) 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar