Senin, 09 November 2009

KBM SDN 19 di Halaman Sekolah

Kota Bima, Bimeks.-
Tidak hanya bangunan fasilitas umum dan kantor pemerintah, guncangan gempa tektonik juga menyebabkan sedikitnya dua ruangan belajar SDN 19 Kota Bima, masing-masing kelas IV dan VI, rusak berat. Akibatnya, proses Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) di sekolah percontohan itu terpaksa dilaksanakan di halaman sekolah.
Kepala SDN 19 Kota Bima, Drs Yusuf Amin, menyebutkan, tidak hanya dua ruang, hampir seluruh bangunan di sekolah itu retak akibat guncangan gempa Senin. Hampir sebagian besar genteng di bagian pinggir bangunan jatuh dan pecah. “Selain genteng yang jatuh, seluruh kelas retak, dua kelas rusak berat,” ujar Yusuf di sekolah setempat, Senin (9/11).
Diakuinya, akibat pengaruh gempa, Senin hanya sekitar 50 persen siswa yang mengikuti KBM meskipun dilaksanakan di halaman sekolah. Diperkirakannya, nilai kerusakan mencapai ratusan juta rupiah. “Mungkin karena efek psikologis akibat gempa, kita juga memaklumi ini, dan mungkin kegiatan belajar masih akan kita laksanakan di luar kelas karena kondisinya rusak berat,” katanya.
Tidak hanya SDN 19 Kota Bima, pantuan Bimeks sejumlah SDN percontohan lain seperti SDN 05, juga mengalami kondisi serupa. Guncangan gempa juga menyebabkan bangunan kantor Wali Kota Bima baru atau Gedung Putih di jalan Soekarno-Hatta menganga. Kondisi itu tampak di bagian depan kantor itu.
Satu lokal kelas SMKN 1 Kota Bima juga hancur berantakan akibat guncangan gempa. Sebagian bangunan lainnya rusak ringan, misalnya dinding pembatas antar ruangan maupun tiang-tiang penyangga gedung retak, langit-langit bocor. Genteng berhamburan jatuh ke tanah.
Wakil Kasek SMKN 1 Kota Bima, Drs Landa Abubakar, bangunan yang hancur akibat gempa itu kondisinya memang sudah tua. Apalagi, dari tahun sebelumnya sering digoncang gempa, sehingga pada gempa kali ini ruang kelas III Akuntansi satu hancur berantakan. “Kondisi bangunan sudah tidak layak pakai karena langit-langit ruangan menyentuh lantai,” katanya di SMKN 1 Kota Bima, Senin (9/11).
Kondisi bangunan lainnya juga mengalami hal yang sama, tetapi masih bisa digunakan untuk kegiatan belajar mengajar (KBM) karena kerusakannya masih ringan. Bangunan layak pakai itu diantaranya, ruang Bimbingan Konseling (BK), perpustakaan, dan beberapa ruang kelas lainnya.
Diakui Landa, goncangan gempa tidak menyurutkan semangat belajar siswa. Kehadiran siswa masih seperti hari-hari biasa sebelum terjadi gempa. Memasuki jam belajar keenam, siswa berhamburan keluar kelas karena panik terjadi gempa susulan. Akhirnya, pihak sekolah memutuskan untuk memulangkan siswa dengan alasan keselamatan dan keamanan. “Kegiatan BKM tidak efektif karena guru dan siswa trauma,” tuturnya.
Landa menambahkan, sebelum terjadi gempa yang menghancurkan salah satu ruang kelas SMKN 1 Kota Bima, sudah mengajukan permohonan secara lisan kepada Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga (Dikpora) Kota Bima untuk perbaikan beberapa lokal bangunan. Kuatir bangunan yang sudah puluhan tahun itu rubuh menimpa siswa yang sedang mengikuti KBM.
Proposal permohonan perbaikan disetujui Dinas Dikpora Kota Bima dan berjanji dalam waktu dekat akan merehabilitasi bangunan. Namun, sebelum bangunan direhab, guncangan gempa terlebih dahulu menghancurkan bangunan. (BE.17/K03)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar