Minggu, 01 November 2009

Zikir Keliling, Upaya Redam Konflik Renda-Ngali

Bima, Bimeks.-
Konflik lagi! Konflik lagi! Kapan konflik antara kelompok massa desa Renda dan Ngali mereda? Tak ada yang bisa memastikannya. Setelah reda dan berhasil didamaikan, muncul lagi dalam episode berikutnya.
Seperti yang terjadi Sabtu (31/10) lalu. Peristiwa yang dikecam dan disesalkan berbagai pihak itu kembali pecah. Kali ini, seorang pemuda Renda terkena peluru pada bagian pangkal paha dan dirawat di RSUD Bima.
Hanya saja, ada perkembangan baru yang positif. Kelompok warga Ngali berupaya meredam konflik dengan mengumandangkan zikir keliling kampung hingga ke areal persawahan yang sering dijadikan lokasi berperang. Mereka berharap dengan cara itu, ketegangan mencair dan kembali hidup dalam suasana damai.
Selain itu, saat konflik terjadi, tidak semua warga dua desa itu ikut terlibat. Bahkan, jika dipersentasekan, lebih banyak mereka yang memilih diam di rumah atau hanya menyaksikan saja warga lainnya bertikai.
Ada yang sibuk dengan kegiatan rutinitas sehari-hari. Seorang pemuda Renda terlihat mengendarai motor di perkampungan, seolah tidak mau tahu dengan kondisi sekitarnya. Ibu-ibu pun juga terlihat bersikap biasa saja, berdiam di rumah, bahkan sambil ngerumpi.
Padahal, di areal persawahan banyak warga memasang badan berhadapan dengan warga lainnya.
Pantauan Bimeks, saat sebagian warga lainnya maju di areal persawahan. Sebagian lainnya memilih menyaksikan dari pinggir sawah atau di atas pegunungan. Mereka seolah menjadikannya sebagai “hiburan” dan ketika terdengar letusan senjata, mereka menunduk.
Rasa takut juga menghinggapi mereka, ketika bunyi senjata api pecah. Hal itu terlihat ketika mereka berusaha mencari posisi yang aman. Aparat keamanan juga tidak bisa melerai saat kedua warga berhadapan. Pasalnya menggunakan senjata api (Senpi), meski rakitan.
Konflik yang terjadi Sabtu (31/10), mulai sekitar pukul 12.30 Wita, hingga sore hari. Sempat berhenti setika waktu memasuki shalat Ashar. Perang kembali pecah, hingga hujan deras mengguyur. Setelah hujan mereka situasi belum kondusif.
Minggu (1/11) kemarin. Konflik tidak lagi terjadi. Meskipun masing-masing bersiaga dan sempat muncul salah paham.
Camat Belo, Sudirman, SE, yang dihubungi via hanphone (HP), mengatakan munculnya kembali konflik dua desa itu, rupanya membangkitkan kesadaran para tokoh agama, tokoh masyarakat, dan kaum wanita Ngali.
Seperti apakah bentuknya? Pagi hari mengadakan zikir keliling, termasuk ke areal persawahan. “Sempat muncul salah paham, warga Renda mengira warga Ngali keluar mau menyerang. Ternyata, mereka mengadakan zikir keliling desa,” katanya kepada Bimeks.
Kenyataan itu amat disyukurinya dan diharapkan zikir itu menyadarkan warga lainnya agar tidak lagi bertikai. Harapan lainnya warga Renda dapat melakukan hal yang sama, yakni berzikir keliling desa.
“Mudah-mudahan dengan zikir keliling oleh warga Renda dapat menyadarkan bahwa konflik tidak menguntungkan siapapun,” ujarnya.
Hal lain yang menggembirakan, kata dia, warga menginginkan agar akses jalan dibuka. Sekaligus mengakhiri semua konflik yang terjadi. Keinginan itu menjadi dambaan semua pihak. Pasalnya, penutupan akses jalan dapat menghambat aktifitas warga. (BE.16)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar