Jumat, 13 November 2009

Trauma Gempa masih Hantui Warga

Kota Bima, Bimeks.-
Sejak guncangan gempa pada Senin (9/11) pukul 03.41 Wita lalu, hingga tadi malam sebagian warga Kota Bima dan Kabupaten Bima memilih tidur di emperan dan halaman rumah. Mereka tak mau berisiko karena masih dihantui trauma.
Apalagi, pada Kamis (12/11) sore, guncangan kembali kembali dirasakan meski dalam kekuatan rendah. Meskipun demikian, mampu memicu kepanikan dan menambah keyakinan bahwa tidur di luar rumah lebih aman.
Selain itu, warga yang rumahnya rusak sebagian belum membenahinya karena alasan waktu dan biaya. Sebagian lagi sudah melakukannya.
Di lingkungan Santi, tercatat dua keluarga memilih membangun tenda di emperan dan halaman rumah untuk mengantisipasi munculnya gempa. Warga setempat mengaku trauma dan terpaksa membongkar tembok yang retak untuk keamanan diri. Jika dibiarkan dan gempa menghentak lagi, maka dikuatirkan akan membahayakan keselamatan.
“Tembok terpaksa dijebol karena keretakannya membahayakan jika sewaktu-waktu ada gempa lagi. Untuk sementara kami tidur di emperan,” kata seorang warga Santi, Kamis (12/11) dini hari.
Katanya, perbaikan belum dilakukan dan menunggu saat yang tepat setelah masa trauma berakhir.
Kondisi serup ajuga terlihat pada berbagai wilayah di Kota Bima. Tidur di luar untuk sementara waktu lebih aman, ketimbang di dalam kamar.
Warga Kota Bima, Muhammad, meminta Pemerintah Kota (Pemkot) Bima agar mendata mereka yang mendapat musibah dan membantu, terutama Sembako. Pasalnya, sejak Senin, aktifitas mencari nafkah terhambat apalagi malam hari sulit tidur tenang. Bantuan lainnya yang mendesak adalah pembenahan fasilitas pendidikan dan kesehatan. Dua aspek ini penting dibenahi jika ada kerusakan yang berarti karena berkaitan dengan masa depan anak-anak.
Sementara itu, sejumlah siswa mengaku masih trauma dengan guncangan gempa pada Senin pagi dan susulannya. Pada Senin lalu,, sebagian mengaku tak masuk kelas karena takut terjadi gempa lagi.
Informasi yang dihimpun, sejumlah sekolah masih terus menggelar kegiatan belajar-mengajar (KBM) di halaman sekolah, sambil menunggu perbaikan lebih lanjut. Seperti yang terlihat di SDN 19 Kota Bima.
Pihak guru pun lebih akomodatif dengan berbagai kesulitan dan suasana psikologis siswanya. (BE.12)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar