Senin, 09 November 2009

Beternak Bebek, Peluang Bisnis Menggiurkan

Kota Bima, Bimeks.-
Usaha bidang peternakan semakin diminati warga Bima umumnya. Mereka menilai, usaha ternak lebih menguntungkan dibandingkan dengan lainnya. Selain tidak membutuhkan modal banyak, ternak juga dianggap lebih mudah.
Biasanya, warga mengembalakan ternaknya pada padang rumput atau “lahan tidur”, kalau tidak mampu mengumpulkan pakan. Inilah nilai lebih yang meringankan peternak, sehingga banyak yang menggelutinya.
Salah satu usaha ternak yang diminati warga akhir-akhir ini adalah bebek. Beternak bebek lebih mudah dari hewan lainnya, karena dengan modal dibawah Rp1 juta bisa memulai usahanya. Hasil yang diperoleh pun tidak kalah besarnya dengan ternak yang bermodal besar. Cara berternak pun unik, tidak seperti biasanya bebek dikandangkan, tetapi digembalakan seperti kerbau atau kambing.
Usaha itulah yang sedang digeluti oleh Abdurrahman, warga Kelurahan Santi Kota Bima. Sejak empat tahun lalu, bapak dua anak itu mulai mengganti profesinya dari kusir benhur menjadi pengembala bebek. Dengan bermodal keuletan mengembala bebek dari sawah ke sawah hingga keluar kota, Abdurrahman mampu membiayai sekolah dua anaknya, membeli lahan dan membangun rumah , serta perlengkapan rumah dan sepeda motor. “Usaha yang mudah, tetapi jauh dari keluarga,” katanya di lingkungan persawahan Kelurahan Kumbe, Minggu (8/11).
Dia mengaku, ternak bebek bisa dimulai dari memesan bibit yang berumur satu hari, kemudian diternak hingga usia produktif. Bisa juga langsung memesan bibit yang berumur empat bulan atau mendekati usia produktif. Untuk bibit yang berusia satu hari harganya Rp9.000/ekor, sedangkan bebek berusia empat bulan sebesar Rp35.000/ekor. “Kebanyakan peternak memilih bibit yang berusia satu hari, karena harganya lebih murah dan bisa mengetahui perilakunya selama masa pembesaran,” katanya.
Biasanya, dia memesan bibit sebanyak 500 ekor setiap periode. Dari jumlah bibit sebanyak itu, yang mampu bertahan hidup sampai usia produktif sebanyak 300 ekor. Diakuinya, jumlah bibit yang bertahan hidup sebanyak itu mampu menutupi biaya pengeluaran sebelumnya untuk membeli pakan dan obat-obatan. “Pada waktu pembibitan hingga produktif, makanan yang dibutuhkan sebanyak 18 sak, dedak 6 ton,” tuturnya.
Abdurrahman mengakui, setiap hari bebek ternaknya mampu bertelur 250 hingga 298 biji, bergantung dari pasokan makanan. Oleh sebab itu, memasuki usia produktif, digembalakan pada sawah-sawah dalam dan luar Kota Bima. Karena bebek bisa mencari makan sendiri dengan mengais sisa-sisa padi, mencari belut, katak, dan lain-lain.
Katanya, tidak ada kendala berarti dalam memasarkan telur-telur bebek, karena sudah mempunyai langganan tetap yang mendatanginya ke setiap sawah yang menjadi tujuan gembalanya. Satu butir telur biasanya dihargai Rp1.250. Kalau dalam sehari bebek bertelur 250 biji, maka pendapatan Rahman sebesar Rp312.500
Kelebihan lainnya kalau bebek tidak produktif lagi atau memasuki usia tiga tahun, maka bisa dijual lagi kepada rumah makan dengan harga Rp27.000. “Dalam setahun bebek mampu bertelur selama sembilan bulan,” jelasnya.
Begitu juga yang dirasakan oleh sejumlah peternak lainnya. Dengan mengembala bebek, kebutuhan kelurganya bisa terpenuhi. Bahkan, banyak yang memiliki aset lainnya yang mendatangkan uang tambahan.
Tetapi, dibalik kesuksesan para peternak tersimpan sejuta rasa kesedihan. Setiap kali mengembala bebek di persawahan, peternak ditolak dengan kasar oleh petani karena kuatir merusak tanaman.
Seperti yang mereka alami ketika mengembala di persawahan Kelurahan Nungga. Pengembala bebek disuruh meninggalkan persawahan melalui corong masjid.
Harapan para pengembala bebek, semua pihak terutama para petani, menerima mereka dengan penuh kebijaksanaan pada waktu mengembala. Untuk menjaga keamanan tanaman dari ganggauan kawanan bebek, mereka berjanji akan menjaga ternaknya penuh hati-hati dan siap mengganti kerugian petani apabila lalai. (K03)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar