Minggu, 06 Desember 2009

Media Tukar Pikiran, Juara bukan Fokus Utama

Ada yang menarik dari Lomba Kreasi Inovasi Media Pembelajaran Guru SMP/MTs seluruh Indonesia di Hotel Garuda Jaya Raya Cipayung Bogor, pertengahan November lalu. Dari 355 peserta yang diseleksi, 199 diantaranya lolos sebagai finalis. Suatu hal yang disyukuri, karya tulis tiga finalis dari Bima dan Dompu NTB dipuji dan diapresiasi oleh peserta dari daerah lain. Bagaimana cerita peserta finalis dari NTB, berikut catatan HM Nasir Ali.


Lolos sebagai finalis merupakan suatu kebanggaan dan kehormatan tersendiri bagi guru SMPN 1 Wawo, Salmah, SPd. Apalagi, dalam kompetisi nalar yang terakit dalam sebuah karya tulis tingkat nasional. Dia tidak pernah membayangkan tiga karya tulis guru di NTB dapat menyejajarkan diri dengan 199 finalis lainnya.
Ada kesan menarik dari kompetisi tersebut, tak ada seorang pun dari finalis menganggap karyanya-lah yang terbaik, tetapi suasana kental yang tampak adalah silaturahmi, saling bertukar pikiran (sharing idea), berbagi pengalaman, dan kebersamaan merakit sebuah kompilasi materi lomba hasil karya peserta seluruh Indonesia. Maka tidak heran, para finalis tidak ada yang kecewa dengan putusan dewan juri. Pasalnya, semua pekerjaan diolah melalui media komputer dan hasil penilaian diantara finalis hanya beda tipis saja atau paling tinggi perbedaan nol koma.
Semua finalis mendapatkan nasihat berharga selama menyampaikan karya tulisnya. Seperti disampaikan, Prof Dr Slamet, yang berharap agar guru membiasakan diri memanfaatkan waktu untuk membaca, paling sedikit dua jam dalam sehari, sehingga mendapat informasi sebagai referensi penulisan. “Jadi tidak ada alasan bagi guru tidak menulis,” ujar Salmah mengutip nasehat Prof Slamet.
Tidak hanya itu. Kata Salmah, seluruh finalis juga mendapatkan kehormatan berangkat ke Jakarta secara gratis, karena kegiatan finalis dibuka Mendiknas, Muhammad Nuh, di kantor Departemen Pendidikan Nasional Senayan Jakarta, Selasa (10/11) sekitar pukul 16.00 WIB.
Saat itu diingatkan, finalis yang diundang bukan datang mencari juara, tetapi bersilaturahim dan sharing pengalaman diantara finalis Lomba Kreasi Inovasi media pembelajaran seluruh Indonesia. “Momen ini merupakan bagian dari program 100 hari sebagai Menteri. Kita berharap agar guru terus berkarya dan menguasai teknologi guna pengembangan wawasan,” ujarnya.
Usai pembukaan peserta finalis langsung kembali ke Cipayung Bogor. Saat mempresentasikan karya tulis, kata Salmah, Rahmat kembali menghampiri dirinya, dari tujuh finalis duta Provinsi NTB untuk mata pelajaran IPA dirinya mendapatkan kesempatan pertama. Tidak mudah tampil dihadapat tim penilai dalam sesi pertama, karena selain deg-degan, tetapi juga belum ada karya dan penampilan pembading. Namun, semua itu mampu dilewati dengan baik.
Karya tulis itu, katanya, adalah Media Pembelajaran berupa Model Ginjal, sementara dari SMPN 2 Bolo, Dra Siti Syarah, M.Pd, menampilkan karya Model Sirkulasi Darah dan SMPN 1 Dompu, Dian Suhendrian, dengan karya media berupa
Kartun Donald Bebek. Ketiga media hasil karya duta Kabupaten Bima dan Dompu NTB itu, tuturnya, tidak kalah seru dan menarik dengan hasil karya finalis dari provinsi lain. Pasalnya, media yang ditampilkan mampu membuat dewan juri terkesima dan peserta finalis mata pelajaran IPA lainnya, meski hasil akhir hanya lolos sepuluh besar terbaik.
Namun, tiga finalis dari Kabupaten Bima dan Dompu, masing-masing mendapat penghargaan dengan membawa pulang uang tunai sebesar Rp5 juta, piagam, tas, dan souvenir lainya dari Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pembinaan SMP.
Ketiga karya tulis itu, katanya, dihargai bukan saja mampu memodelkan proses terbentuknya urine, membedakan urine normal dengan urine bercampur darah, dengan mengambarkan kagagalan ginjal, sehinga perlu peragaan cuci darah. Peragaan itu, menghasilkan larutan yang semula berwarna merah berubah menjadi bening. Model sirkulsi darah bukan hanya mampu memodelkan darah yang mengandung oksigen dengan darah yang mengandung HbO2, tetapi juga secara jelas menunjukan perbedaan warna.
Finalis dari mata pelajaran IPA, tuturnya, sepakat dan langsung membentuk Forum Ikatan Penulis Guru Indonesia (FIPGI). Programnya akan berlanjut terus dan para finais saling berhubungan lewat
internet dan sekali setahun akan bertemu dengan semboyan tetap terus berkarya demi mencerdaskan anak bangsa.
Ada kelebihan yang belum dimiliki guru di Provinsi NTB. Kata mantan anggota DPRD NTT ini, penggunaan program flash dalam pembuatan media. Jadi, guru tidak cukup hanya bisa power point, tetapi juga berupaya untuk bisa memanfaatkan program flash dan link. Program ini menjadi kendala bagi guru di wilayah Indonesia bagian timur, termasuk para guru di Kabupaten Bima NTB.
Keberhasilan Salmah disambut suka cita seluruh siswa SMPN 1 Wawo, Plh Kepala SMPN 1 Wawo, Mulyadin HAR, SPd, MPd, dan dewan guru menggelar doa kecil-kecilan di sekolah itu, Sabtu (5/12) lalu. (*)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar