Kamis, 10 Desember 2009

Ketua MUI Prihatin Perubahan Fisik Gunung Dua

Kota Bima, Bimeks.-
Pemangkasan kawasan Gunung Dua di jalan Soekarno-Hatta sebelah barat kantor Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kabupaten Bima, disesalkan banyak pihak. Pasalnya, gunung itu merupakan kebanggaan masyarakat Bima yang memiliki nilai historis sejak jaman sebelum kemerdekaan.
Pemerintah diminta menyikapi persoalan ini dengan serius. Jangan membiarkan nilai budaya dan religi masyarakat Bima menjadi luntur atas nama pembangunan.
Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Bima, HM Said Amin, BA, menyesalkan dan prihatin terhadap perubahan fisik Gunung Dua yang selama ini menjadi simbol kebanggaan masyarakat Bima. Sebab, selain memiliki nilai sejarah, Gunung Dua juga identik dengan semboyan hidup yang mengedepankan kejujuran dan keterbukaan. “Karena disitu ditulis katada pu rawi ma tedi, katedi pu rawi ma tada,” ujarnya, Rabu (9/12) siang di sekretariat MUI Kabupaten Bima.
Menurut Said, pembangunan boleh saja dilakukan, tetapi harus memperhatikan aspek-aspek yang berkaitan dengan kepentingan umum, meskipun di lokasi itu telah menjadi milik pribadi ada kelompok orang tertentu. “Siapa saja boleh membangun, hanya saja jangan sampai merusak yang sudah ada. Seharusnya kita melindungi, memelihara, dan menjaganya karena itu adalah bagian dari pembangunan juga,” sarannya.
Diharapkannya, pemerintah menaruh perhatian serius akan hal itu, karena profil Gunung Dua telah masuk dan terinternalisasi dalam hati masyarakat dan menjadi salah satu simbol kedaerahan yang sudah menasional. (K07)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar