Jumat, 18 Desember 2009

“Kenapa kita Perlu berzikir?”

Kota Bima, Bimeks.-
Sifat dan kebiasaan manusia merasa dekat dan mengingat (taqarrub) kepada Allah, jika sudah ada masalah atau musibah yang menimpanya. Manusia seperti itu sangat bertawajuh kepada Allah, meminta ampun atas segala dosa yang diperbuatnya, berdoa dan taqarrub kepada Allah. Tetapi, jika kenikmatan menghampirinya, lupa kepada Allah.
Hal itu diungkapkan Gubernur NTB, HM Zainul Majdi, saat khataman masal, zikir, dan doa bersama di halaman museum Asi Mbojo, Kamis sore.
Menurutnya, sebuah nasihat bijak diingatkan Rasul dalam sebuah mafhum haditsnya, dekatlah kepada Allah pada saat engkau sedang mendapatkan nikmat supaya Allah dekat juga kepadamu pada saat engkau sedang mendapat musibah. “Kenapa kita perlu berzikir, perlu berdoa, membaca al-Quran, dan perlu menyukuri nikmat Allah? Karena memang tidak ada yang paling baik yang bisa dilakukan oleh seorang hamba pada saat nikmat itu datang kecuali rasa syukur kepada Allah,” ujarnya.
Beberapa waktu lalu, katanya, musibah gempa yang menimpa masyarakat Bima, tetapi saat ini masyarakat berada dalam kondisi sehat wal afiat. Namun, saat seperti itu perlu senantiasa taqarrub kepada Allah. Semoga kesabaran dan selalu mengingat Allah nikmat akan bertambah. “Jika kenikmatan itu pun tidak bertambah, tetapi keberkatannya dilimpahkan oleh Allah, sehingga terasa hidup ini lapang, sejuk meski udara di Bima sedang panas,” ujarnya.
Katanya, suasana tetap terasa aman dan nyaman, meski ada beberapa mahasiswa yang berdemonstrasi. Zikir, doa, dan khataman itu penting karena hidup ini seperti bangunan, seperti rumah, ada genteng, jendela, pintu, dan halaman. Tetapi, yang lebih utama adalah membangun fondasi bangunan itu agar bertahan lama.
“Bagaimana pun rumah itu bagus jendelanya, atapnya, pintunya. Tetapi, jika tidak dibangun dengan fondasi yang kukuh, maka cepat atau lambat rumah itu akan rubuh,” katanya.
Apa fondasi kehidupan ini? Kata gubenur termuda di Indonesia yang akrab disapa Bajang ini, fondasi kehidupan itu di atas semua pijakan taqwa. Kalau sifat taqwa itu ada, maka semua yang melekat pada seseorang akan berkah. Tetapi, jika sifat taqwa itu hilang, maka tidak ada manfaatnya bagi kehidupan seorang manusia, meski hartanya melimpah, jabatannya tinggi, paras wajahnya yang elok tidak ada manfaatnya.
Dia mengatakan, jumlah santri yang dikhatam di Kabupaten Bima, patut disyukuri, tetapi yang mengaji jangan hanya anak-anak saja, tetapi juga orang tua. Pendidikan agama bagi anak-anak sangat penting, seperti membiasakan membaca Quran sejak kecil dan belajar agama, setelah dewasa kebiasaan baik itu akan melekat dan terbawa.
Demikian juga dengan remaja dan mahasisiswa agar saat berdemontrasi tidak merusak, karena Islam itu datang untuk membangun, bukan untuk merusak. Islam itu datang untuk membenahi, bukan menghancurkan. “Tidak pernah Nabi kita Muhammad mengajarkan untuk menghancurkan sesuatu yang baik, destruktif, anarkis. Ruang untuk demokrasi dibuka selebar-lebarnya, tetapi jangan merusak kita sendiri, rawat dan dijaga,” ingatnya. (BE.13)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar