Selasa, 08 Desember 2009

Bentrok, Sepuluh Warga Ngali Terluka

Bima, Bimeks.-
Sebanyak 10 warga Desa Ngali Kecamatan Belo Kabupaten Bima, terluka akibat bentrok dengan aparat keamanan di kantor Pemkab Bima, Selasa (8/12). Satu diantaranya diduga terkena tembakan. Tak hanya warga, sejumlah aparat juga terluka akibat lemparan batu dari warga.
Warga Ngali yang terluka itu adalah Arif Patikai, SH, Agus Rahman, SH, M Nor, SH, Abdul Kadir, Limi Coni, Ruslin, Maman, Ukba, serta Mukmin. Sementara Muhsin diduga terluka akibat terkena peluru aparat dan mengenai pinggangnya.
Sejak awal kedatangan ratusan warga Ngali ke Pemkab Bima, situasi sudah memanas. Warga langsung aksi dorong dengan aparat keamanan, namun situasi tenang. Meski demikian, situasi kian memanas antara aparat dan warga. Apalagi warga hendak masuk ke halaman kantor Pemkab Bima.
Namun, keinginan itu tidak terpenuhi, akibatnya aksi saling dorong kembali terjadi.
Dari aksi dorong itu, situasi mengarah pada kericuhan. Puncak bentrokan terjadi, ketika seorang pemuda Ngali naik ke atas tembok pagar dan berorasi. Melihat itu aparat memintanya turun, seorang anggota polisi berinisiatif naik dan mencoba menariknya.
Bahkan, aksi saling ancam antara pemuda tadi dengan aparat sempat terjadi. Situasi itu memancing emosi warga Ngali lainnya. Keadaan terus memanas, apalagi ketika batu sudah mulai melayang ke kerumunan massa dan mengenai aparat.
Aparat pun mengejar warga yang lari berhamburan. Beberapa diantaranya menjadi bulan-bulanan aparat. Pukulan dan tendangan sepatu laras melayang ke arah tubuh sejumlah warga, hingga mengakibatkan mereka terluka.
Saat bentrok terjadi, aparat mengejar dengan melepaskan tembakan ke udara. Namun, diduga satu butir peluru menembus pinggang seorang pemuda Ngali.
Beberapa warga yang terluka akibat dikeroyok aparat, pingsan dan tergeletak dipinggir jalan. Ada juga yang wajahnya dalam kondisi babak-belur. Sebagian warga Ngali lari menyelamatkan diri, namun sebagian bertahan.
Beberapa lama kemudian, warga Ngali kembali lagi. Ketegangan sempat memuncak, ketika mobil Dalmas yang mengangkut sejumlah pemuda yang diamankan dikejar oleh warga. Saat hendak keluar dari pintu kantor Pemkab Bima, dihadang. Namun, aparat kembali mengejar warga dan warga yang ditahan dilepaskan kembali. Aparat Sat Pol PP pun turun tangan membantu aparat Kepolisian.
Sebagian warga yang terluka sempat dilarikan ke RSUD Bima untuk mendapat perawatan. Warga sempat hendak merencanakan bermalam di halaman kantor Pemkab Bima.
Sementara itu, aksi warga yang mengatasnamakan Rakyat Bima Bersatu untuk Ngali Menuntut Keadilan (Rebut Keadilan), menuntut pertanggungjawaban berbagai pihak atas penembakan warga Ngali pada 18 November 2009 lalu. Selain meminta aparat kepolisian bertanggungjawab, mereka juga menuntut hal yang sama kepada Bupati Bima, H Ferry Zulkarnain, ST.
Koordinator aksi, Agus Fahrin, dalam pernyataan sikapnya menilai, kasus penembakan warga Ngali hingga ada yang tewas sebagai tragedi kemanusiaan. Mereka mendesak DPRD Kabupaten Bima untuk melaporkan kasus itu ke Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM).
Mereka yang dianggap bertanggungjawab adalah Polda NTB, Polres Bima, Polresta Bima, Bupati Bima, dan Muspida. Mereka juga menuntut pembebasan warga Ngali yang ditahan hingga saat ini oleh pihak Kepolisian. Pasalnya, belum ada alasan yang jelas atau bukti menguatkan untuk menahan warga Ngali itu.
Massa Rebut Keadilan menilai, hingga ini belum ada langkah kongkrit dari pemerintah daerah untuk mencegah tidak terjadinya konflik lagi. Mereka juga mengancam akan terus menggalang aksi. Burhanuddin, warga Ngali, mengecam tindakan represif aparat terhadap warga Ngali hingga ada yang terluka, hingga tertembak. Kenyataan ini dianggapnya sebagai bentuk intimidasi terhadap warga sipil. (BE.16)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar