Senin, 19 Oktober 2009

Tim Idaman: Jangan Lahirkan Birokrasi ABS

Bima, Bimeks.-
Pasangan bakal calon Bupati dan Wakil Bupati Bima, H Zainul Arifin-H Usman AK, menggelar rapat tertutup di Mande, Jumat. Saat itu, H Nur AK, kakak kandung Usman AK, menyampaikan jika pertemuan itu bersifat rahasia. Namun, ada hal juga yang menjadi sorotan, yakni keterlibatan aktif Pegawai Negeri Sipil (PNS) sebagai tim calon tertentu.
Nur AK mengatakan agenda pembahasan tersebut, bersifat rahasia dan tidak untuk dipublikasikan. Dipastikannya, mengenai pelaksanaan Pemilu kepala daerah mendatang. “Namun, kami menemukan fakta di lapangan, keterlibatan PNS secara aktif sebagai tim sukses calon tertentu,” bebernya kepada wartawan di kediaman Usman AK Kelurahan Mande, Jumat (16/10).
Tidak hanya itu, kata dia, sejumlah mobil dinas mengubah nomor polisi kendaraan menjadi plat hitam. Mestinya ada tindakan tegas terhadap oknum PNS yang melakukan itu. Apalagi, aturan tentang kepegawaian jelas melarang PNS berpolitik praktis.
Larangan itu, ujarnya, tertuang dalam aturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara (Men-PAN), Surat Edaran Gubernur NTB dan Surat Edaran Bupati Bima tahun 2006 lalu.
Bahkan, dalam surat edaran bupati, ditegaskan ada sanksi yang melanggarnya.
Sebelum Panitia Pengawas Pemilu (Panwaslu) terbentuk, katanya, PNS yang terlibat harus ditindak. Jangan sampai meresahkan masyarakat, yang tidak senang dengan keterlibatan aktif aparatur pemerintah.
“Apalagi, data yang kami dapatkan di lapangan, satu guru harus mendapatkan dukungan 35 orang. Jangan sampai ada bentrokan di tengah masyarakat, terhadap perilaku PNS seperti itu,” ungkapnya.
Pihak Kepolisian juga dimintan merazia kendaraan dinas yang menggunakan plat hitam. Kendaraan itu milik dan digunakan bagi kepentingan masyarakat, bukan pribadi.
Nur AK juga menyoroti tentang mobil dinas yang semuanya menempel stiker Bupati Bima, H Ferry Zulkarnain, ST. Padahal, pemerintahan yang sah sampai saat ini dua orang. Mestinya foto Wakil Bupati, Drs H Usman AK juga ada, karena masih sah. “Jangan salahkan kalau masyarakat sendiri yang menertibkannya,” katanya.
Dia mengingatkan agar berpolitik secara sehat. Jika menang meraihnya dengan jalan terhormat. Demikian juga jika kalah, tetap terhormat.
Seperti dilansir Bimeks sebelumnya, Kabag Humas dan Protokol Setda Abdul Wahab, SH, membantah ada tim PNS. Namun, diakui satuan-satuan kerja di lingkungan Pemkab Bima memiliki wilayah binaan. Tugasnya menyosialisasikan program pemerintah dan menyerap aspirasi masyarakat. (BE.16)

Hingga Oktober, 10 Penderita GB Meninggal

Bima, Bimeks.-
Berapa angka kasus Gizi Buruk (GB) atau busung lapar di wilayah Kabupaten Bima? Berdasarkan data Dinas Kesehatan (Dikes) Kabupaten Bima, sejak awal Januari hingga Oktober 2009, kasus GB mencapai 85 kasus. Sepuluh orang diantaranya tercatat meninggal dunia karena terlambat dilaporkan.
Kepala Seksi (Kasi) Gizi Dikes Kabupaten Bima, Tita Masithah, MSi menyebutkan, angka itu meningkat jika dibandingkan tahun 2008 lalu yang hanya tercatat 68 kasus dimana lima diantaranya meninggal dunia. Masih sama seperti tahun-tahun sebelumnya, kasus itu terkonsentrasi di sejumlah wilayah meliputi Kecamatan Lambu, Sape, dan Woha.
Rata-rata penderita GB itu masuk dalam kategori klinis marasmus dan kwashiorkor disertai penyakit penyerta diantaranya Pnemonia, diare, Ispa, anemia, GEA, dan TB Paru.
“Jumlahnya meningkat dari tahun sebelumnya, tingkat keparahannya juga meningkat,” ujar Tita di Dikes Kabupaten Bima, Jumat (16/10).
Diakui Tita, secara umum penyakit GB disebabkan multi faktor diantaranya berasal dari ibu bayi atau balita. Sebagaian ibu tidak memberikan Air Susu Ibu (ASI) eksklusif karena lebih awal memberikan makanan pendamping sebelum mencapai umur dua tahun. Selain paradigma kesehatan yang cenderung salah, diakuinya, faktor yang paling dominan dalam masalah GB tingkat kesejataraan masyarakat yang saling terkait juga dengan tingkat pendidikan. “Program ASI ekslusif kita belum sepenuhnya berhasil,” ujarnya.
Meskipun saat ini secara umum alokasi dana kesehatan secara nasional hanya sebesar 6 persen, menurut Tita, intervensi pemerintah dalam menangani kasus itu sudah banyak. Selain memberikan bantuan bagi penderita GB, secara rutin petugas Dikes hingga tingkat Puskesmas juga melaksanakan sejumlah langkah antisipatif dengan mendata dan menjaring penyakit itu.
Jika dalam suatu wilayah ditemukan satu gizi buruk, warga lain di sekitar itu juga rentan dan kemungkinan menderita penyakit yang sama.
Dari segi pendanaan, katanya, saat ini Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bima sudah menyiapkan anggaran sebesar Rp50 juta untuk menangani gizi kurang (GK)
Kendati demikian, diakuinya, jika dibandingkan rasio penderita GB itu, anggaran itu masih cukup minim. Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, sesuai kebijakan pemerintah pusat saat ini Pemerintah daerah harus menyiapkan dana dukungan (shering) kesehatan karena pemerintah pusat hanya menanggung 30 persen dari total kebutuhan anggaran. “Beda dengan dulu penanganannya masih bisa maksimal karena ada dana dekon, kalau sekarang beban itu ditanggung pemerintah daerah. Padahal belum seluruhnya daerah memiliki kondisi keuangan yang bagus,” ujarnya.
Kesepuluh penderita GB yang meninggal dunia tahun 2009 itu yakni Hendra asal Desa Godo Kecamatan Woha, meninggal di RSUD Bima 14 Januari, Suci (Risa Kecamatan Woha, meninggal 14 Januari di RSUD Bima), Satrio asal (Poja, Kecamatan Sape, meninggal 2 Februari), Uswatun asal (Parado Wane), meninggal di desa setempat (11/2), Ozi (Sumi, Kecamatan Lambu meninggal di RSUD Bima (19/2), Rizki (Tolouwi, Kecamatan Monta) meninggal di RSUD Bima (11/3), Hengki Kurniawan (Lambu, Kecamatan Lambu meninggal (19/4), Jilsa (Simpasai, Monta meninggal (12/5), Fadila (Ntonggu, Kecamatan Belo) meninggal bulan Juli, Bunga Silviana (Ntori, Kecamatan Wawo meninggal (31/8).
Seperti diketahui sebelumnya, angka GB di Kota Bima juga mencapai puluhan di tiap Puskesmas, diantara penderita itu ada yang tercatat masuk dalam fase klinis, marasmus dan kwashiorkor.(BE.17)

Koordinator Gizi Puskesmas Asakota Lecehkan Wartawan

Kota Bima, Bimeks.-
Sejumlah wartawan media cetak dan elektronik memrotes pernyataan Koordinator Gizi Puskesmas Asakota, Rosdiana, BSc. Dalam rapat koordinasi penanganan gizi buruk di Aula Pemkot Bima, Jumat (16/10) di depan sejumlah pejabat Kota Bima, Rosdiana secara tiba-tiba menuding angka kasus GB yang dilansir sejumlah media massa tidak berdasar hanya untuk meningkatkan popularitas dan angka penjualan koran.
“Apa yang ditulis wartawan itu agar berita bagus dan korannya laku saja,” tuding Rosdiana.
Spontan saja penyataan ini mengundang reaksi sejumlah wartawan yang kebutulan ikut memantau kegiatan rapat koordinasi gizi buruk itu. Sejumlah wartawan mengaku sangat menyesalkan pernyataan pejabat puskesmas Asakota itu.
Usai rapat koordinasi itu sejumlah wartawan menggelar dialog dengan Dikes Kota Bima. “Terus terang kami merasa profesi kami dilecehkan dengan pernyataan seperti itu. Padahal apa yang kami tulis selama ini adalah merupakan data yang kami di lapangan hasil konfirmasi bukan asal-asalan saja ditulis, kami juga punya kode etik,” ungkap Haris Mahtul (Suara NTB).
Tidak hanya Haris, sejumlah wartawan lain juga menyesalkan pernyataan koordinator gizi puskesmas itu. Menurut Hendra Wahyudi (Bima TV) pernyataan yang tidak berdasar seperti itu tidak semestinya dilontarkan pejabat pemerintah apalagi dalam kegiatan atau forum resmi yang semestinya berdasarkan data. “Terus terang kami sangat terang kami sangat menyesalkan pernyataan yang tidak berdasar seperti itu, semestinya pemerintah juga mengerti kapasatis kami sebagai jurnalis. Pernyataan yang tidak berdasar itu memiliki konsekuensi hukum dan kami ingatkan jangan sampai hal ini tidak terulang lagi,” ujar Hendra.
Anggota Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Kota Mataram ini mengisyaratkan akan menanggapi serius jika bentuk pelecehan serupa masih dilakukan oknum pejabat lain. “Kami juga punya kode etik sebagai jurnalis, dan kami paham juga tugas dikes maupun puskesmas, tapi tidak semestinya pernyataan seperti itu dilontarkan apalagi tidak berdasar,”katanya.
Setelah sejumlah wartawan menyatakan sikapnya terhadap tudingan pejabat puskesmas itu. Kepala Dinas Kesehatan (Dikes) Kota Bima, Drs Sarjan, Apt menyampaikan permohonan maafnya kepada seluruh wartawan. “Atas nama pribadi saya, Sarjan dan seluruh pegawai saya sampai tingkat kecamatan dan yang melontarkan pernyataan tadi memohon maaf yang sebesar-besarnya kepada rekan-rekan wartawan,” cetus Sarjan.
Pada kesempatan yang sama Kasubag Humas dan Protokol Setda Kota Bima, Muhammad Hasyim, juga menyampaikan permohonan maaf pemerintah kepada wartawan.
Diakuinya, peran atau kontribusi wartawan saat ini merupakan bagian ke empat dalam pillar pembangunan.
“Ini akan menjadi catatan kami, bagaimana semakin merekatkan hubungan bersama dengan teman-teman jurnalis termasuk dalam mendukung pembangunan,” ujarnya. (BE.17)

Tahir: Harus Jelas Soal Syarat Kelas Jauh

Kota Bima, Bimeks.-
Sikap Pemerintah Kota (Pemkot) Bima, yang tidak memberi kesempatan bagi alumni kelas jauh mengikuti tes seleksi Calon Pegawai Negeri Sipil Daerah (CPNSD) dipertanyakan kalangan akademisi. Harus jelas, apa yang menjadi dasar, sehingga larangan itu dikeluarkan.
Salah seorang akademisi, Muhammad Tahir, MPd, mengatakan haruslah dilihat aturan yang menjadi acuan Pemkot Bima. Terutama menganai keabsahan perguruan tinggi tersebut.
“Jangan sampai hanya persoalan manajemen penyelenggaraan pendidikan, sehingga tidak memberi kesempatan yang sama kepada masyarakat,” kata dosen STKIP Bima ini kepada Bimeks, via handphone (HP), Jumat tadi malam.
Namun, kata dia, jika acuan dasar Pemkot Bima kuat, sehingga mengeluarkan kebijakan itu, maka langkahnya tepat. Hanya saja menjadi pertanyaan, mengapa kebijakan yang sama tidak dilakukan dalam seleksi CPNSD Kabupaten Bima. “Inilah yang menjadi pertanyaan, masalahnya apa dan dasarnya apa. Ini perlu diperjelas lagi,” ujarnya.
Jika perguruan tinggi yang menyelenggarakan kelas jauh itu, jelas legalitasnya. Kemudian proses penyelenggaraan pendidikannya sama dengan kampus lain atau induk, maka tidak ada masalah. Sehingga tidak ada alasan bagi Pemkot Bima untuk tidak memberi kesempatan yang sama kepada masyarakat mengikuti tes CPNSD.
Seperti dilansir Bimeks sebelumnya, Pemkot Bima menegaskan, tidak akan mengakomodir para alumni yang mengikuti pendidikan dengan sistem jarak jauh atau kelas jauh. Sekretaris Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Kota Bima, Drs Mukhtar Landa, MH, mengatakan mesti banyak diprotes, sesuai persyaratan yang yang ditetapkan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara (Men-PAN) dan Peraturan Pemerintah (PP), Pemkot Bima tidak akan menerima kelas jauh. Jika terlanjur dinyatakan lolos, maka akan dibatalkan.
Dikatakannya, itu sudah menjadi syarat mutlak dari pusat. Sesuai hasil data dan survey ada dua PT yang menyelenggarakan pendidikan dengan sistem jarak jauh, yakni Universitas Muhamadiyah Mataram (UMM) kampus Bima dan STIKES yang berlokasi di Kelurahan Mande. Sehingga alumni dua kampus itu tidak bisa mengikuti tes CPNSD. (BE.16)

Tidak Loyal, Siap Dipindahkan

Bima, Bimeks.-
Bagi Kepala Sekolah, guru dan pegawai yang tidak loyal terhadap atasan, maka bersiaplah untuk dipindahkan. Hal itu diingatkan oleh Bupati Bima, H Ferry Zulkarnain, ST, saat acara halal bi halal di halaman SMPN 1 Wawo, Jumat (16/10).
Untuk itu, Ferry meminta kepala sekolah, guru dan pegawai merapatkan barisan. Karena siapapun yang menjadi Bupati Bima akan melakukan hal yang sama dan tetap mempertahankan pegawai-pegawai yang loyal pada atasannya.
Tidak hanya itu, kata Ferry, maklumat itu juga berlaku bagi aparat desa yang tidak loyal. Karena untuk mendukung pembangunan di desa perlu ada kesaamaan visi dan misi dalam melaksanakan pembangunan didesanya. Maka Kepala Desa berhak mengganti staf yang tidak loyal tersebut.
“Kalau berseberangan lebih baik dicari penggantinya. Apalagi jabatan kepala desa itu politis, sama dengan bupati dan dipilih langsung oleh rakyat,” ujarnya.
Bahkan, kata dia, Ketua RT, RW, kepala dusun dan aparat desa yang lainya dapat diganti oleh kepala desa. Apalagi, yang meng-SK-kan mereka adalah kepala desa.
“Kita ini sama-sama jabatan politis dan dipilih langsung oleh masyarakat dan tak ada aturan yang melarang mengganti aparat yang tidak loyal,” katanya.
Sebelumnya Ketua panitia Halal bi Halal, H Lukman SPd, mengisaratkan bahwa seluruh PNS khususnya guru di Kecamatan Wawo, tidak ada yang membelot. Mereka tetap loyal dengan kepemimpinan Ferry. Bahkan akan memperjuangkan untuk meneruskan komitmen untuk membangun dunia pendidikan.
Sementara Camat Wawo, Andi Haris Nasution, meminta kepada bupati agar yang menjadi Camat Wawo adalah putra terbaik daerah dataran tinggi itu. Jangan sampai karena persoalan figur camat dapat meretakan hubungan baik yang telah terjalin selama ini.
“Soal keamanan di Wawo tetap aman dan kondusif, sedangkan menyangkut suhu politik Pilkada 2010 warga cukup cerdas menyikapinya,” katanya.
Saat itu juga, masyarakat Wawo menyampaikan aspirasinya. Terutama keinginan warga Desa Tarlawi dan Riamau.
Bupati saat itu mengaku siap memperjuangkan aspirasi masyarakat dua desa tersebut. Namun dimintanya masyarakat setempat realistis, tidak memaksakan kehendaknya, apalagi karena pertimbangan politis.
Secara bertahap, pemerintah akan mengaspal jalan. Hal itu disesuaikan dengan anggaran daerah. Warga Wawo diminta menjaga kebersamaan dan jangan sampai bercerai berai. (BE.13)

Pemkot Diminta Tegas Tutup “Jalan Tikus”

Kota Bima, Bimeks.-
Kendati beberapa kali Pemerintah Kota (Pemkot) Bima menyatakan perang terhadap aksi calo Pegawai Negeri Sipil (PNS). Sejumlah masyarakat dan pelamar Calon Pegawai Negeri Sipil Daerah (CPNSD) terus mendesak pemerintah agar tegas dan menutup “jalan tikus” menjadi PNS.
Sejumlah pelamar mengaku mulai santer aksi para calo jelang penerimaan CPNSD. Mereka mendapat informasi beberapa pejabat menawarkan “jalan tikus” asalkan membayar antara Rp 20 juta hingga Rp 60 juta.
Warga Rabadompu, Dewa, mengaku sangat terganggu dengan kabar aksi calo tersebut.
Lantaran kabar itu, merasa pesimis bisa lolos dalam seleksi CPNSD tahun ini. “Harapan kami satu-satunya saat ini adalah pemerintah tegas menutup ruang bagi para calo, karena membuat masyarakat pesimis lolos ujian,” ujarnya di Rabadompu, Jumat (16/10).
Dia mendesak pemerintah harus bekerja maksimal memantau pergerakan mereka. Tidak hanya menunggu laporan atau keluhan, namun mengantisipasi segera. “Terus terang kami sangat kecewa. Percuma dong kami ikut ujian kalau jatah yang kita lamar itu sudah dipatok duluan,”katanya.
Warga lainnya, Wati juga mendesak pemerintah dan dewan untuk memastikan pelaksanaan CPNSD tahun ini tidak dicederai ulah calo. “Kalau bisa dari awal hingga akhir ujian harus bisa transparan, harus ada pemantau independen yang bisa mengawasi,” ujar Wati.
Seperti dilansir Bimeks sebleumnya, Sekretaris Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Kota Bima, Drs Mukhtar Landa, MH memastikan pelaksanaan seleksi CPNSD Kota Bima tahun 2009 bebas dari aksi calo atau jalan tikus.
Selain pemerintah, masyarakat juga diharapkan proaktif melaporkan jika mengetahui aski calo CPNSD kepada pemerintah. Pemkot Bima juga sudah membuka kotak saran yang bisa digunakan masyarakat untuk melaporkan hal itu. (BE.17)

Crosser se NTB Siap Ikuti Kejuaraan Seri II

Bima, Bimeks.-
Ratusan crosser siap mengikuti kejuaraan motor cross seri dua yang akan dilangsungkan sirkuit Tumpu Desa Tumpu Kecamatan Bolo. Kejuaraan itu sendiri akan berlangsung selama empat hari, mulai 22-25 Oktober mendatang.
Koordinator Ikatan Motor Indonesia (IMI) Bima, Casman Ilmanagara, mengatakan para crosser NTB siap meramaikan kejuaraan seri II tersebut. Sebelumnya seri I dihelat di pantai Kelaki Desa Panda beberapa waktu lalu. Mereka yang telah menyatakan kesediaan dari Mataram, Lombok Timur, Lombok Tengah, kecuali Lombok Barat. Untuk Sumbawa, Sumbawa Barat, Dompu telah menyatakan kesiapan mengikuti kejuaraan tersebut.
“Persiapan kami sudah mencapai 95 persen, InsyaAllah dalam dua hari ini akan rampung seluruhnya,” katanya kepada Bimeks via handphone (HP) tadi malam.
Selama sepekan ini, kata dia, kegiatan latihan berlangsung di sirkuit. Antusias masyarakat sangat tinggi. Bahkan yang menyaksikannya mencapai ribuan orang. “Jumlah warga yang menyaksikan sesi latihan jauh lebih banyak dari seri sebelumnya. Ini mengindikasikan, masyarakat Bima sangat menyukai olahraga cross,” ujarnya.
Hanya saja, kata dia, disayangkan belum ada sirkuit permanen yang dimiliki daerah. Mestinya ada perhatian untuk itu, apalagi mengingat animo yang sangat besar. “Kami terpaksa menyewa lahan orang untuk lokasi sirkuit. Hanya karena tanggungjawab moral kami dari IMI untuk memajukan olahraga, sehingga kejuaraan ini terselenggara,” tukasnya.
Rencananya pihaknya akan mengundang Bupati Bima untuk membuka kejuaraan itu. Diharapkan dengan melihat antusias masyarakat, sehingga ada perhatian untuk menghadirkan sirkuit permanen. Pada seri sebelumnya bupati telah menjanjikan hal itu, namun belum terealisasi hingga saat ini.
“Kami tidak tahu apa kendalanya, tapi jika bupati sebegai kepala daerah serius, maka apa yang tidak bisa dilakukan. Mungkin masih sibuk dengan persiapan Pilkada,” ujarnya.
Casman juga berharap, anggota dewan yang baru dilantik dapat menampung aspirasi mereka untuk mendapatkan sirkuit. Ini sebagai wujud dedikasi dalam pengembangan olehraga di Bima.
Bagi crosser yang meraih juara umum dalam seri II ini akan mendapatkan hadiah motor. Diharapkannya, para crosser Bima dapat menunjukkan kemampuannya. (BE.16)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar